Dalam setahun belakangan nilai tukar dolar AS terus menguat di hadapan mata uang utama dunia.
Indeks dolar AS terhadap 6 mata uang utama dunia (DXY) tercatat ditutup di level 107,37 pada perdagangan Senin, 18 Juli 2022.
Jika dibandingkan dengan posisi 19 Juli 2021, indeks dolar AS telah menguat 15,59% dalam setahun terakhir (year on year/yoy).
Adapun jika dibanding posisi akhir Desember 2021, indeks dolar AS menguat 11,22% sepanjang tahun ini sampai 18 Juli 2022 (year to date/ytd).
Di antara 6 mata uang utama dunia, yang paling terpukul adalah mata uang Jepang (yen/JPY) dengan depresiasi sedalam 25,77% (yoy) terhadap dolar AS pada periode sama.
Berikutnya ada mata uang Swedia (krona/SEK) yang terdepresiasi sedalam 19,91% (yoy), mata uang Uni Eropa (euro/EUR) melemah 14,18% (yoy), dan mata uang Inggris (poundsterling/GBP) melemah 13,31% (yoy).
Sedangkan mata uang Swiss (franc/CHF) terdepresiasi 6,06% (yoy), dan mata uang Kanada (Dolar/CAD) melemah 2,83% (yoy) terhadap dolar AS sampai 18 Juli 2022.
Penguatan nilai tukar dolar AS ini tidak terlepas dari kondisi perekonomian global yang sedang goyah.
Meningkatnya ketidakpastian ekonomi, seiring dengan munculnya ancaman resesi di berbagai negara, telah membuat para investor atau pengelola dana melepas aset-aset yang dianggap berisiko dan mengamankannya ke dalam aset yang dianggap aman (safe haven) seperti dolar AS.
Laju inflasi tinggi di AS juga telah mendorong Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya ke kisaran 1,5-1,75% pada Juni 2022, sehingga membuat dolar AS menjadi semakin menarik. Imbasnya, banyak aliran dana dari berbagai negara yang pindah ke AS mengikuti naiknya suku bunga tersebut.
(Baca: Suku Bunga AS Naik, Indeks Dolar Amerika Menguat 8% (Ytd) hingga 16 Juni 2022)