Selama periode Januari-September 2025, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI membukukan pendapatan bunga bersih Rp29,25 triliun.
Pendapatan emiten berkode BBNI ini turun 0,6% dibanding Januari-September tahun lalu (year-on-year/yoy).
Seiring dengan itu, laba bersih BNI sampai akhir kuartal III 2025 turun 7,3% (yoy) menjadi Rp15,23 triliun, seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Bunga Kredit UMKM di Bank BUMN Lebih Tinggi dari Rata-rata Bank Lain)
Kendati labanya turun, sampai September 2025, total penyaluran kredit BNI tumbuh 10,5% (yoy) menjadi Rp812,2 triliun.
"Pertumbuhan kredit BNI kini lebih seimbang di seluruh segmen, baik korporasi, menengah, maupun UMKM," kata Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena dalam siaran pers, Jumat (24/10/2025).
"Hal ini menunjukkan efektivitas strategi pembiayaan kami dalam menjaga kualitas aset sekaligus mendorong pertumbuhan sektor produktif," ujarnya.
Sampai September 2025, penyaluran kredit korporasi dari BNI tumbuh 12,4% (yoy) menjadi Rp450,7 triliun, ditopang peningkatan pembiayaan kepada korporasi swasta, BUMN, dan institusi.
Kemudian kredit UMKM non-KUR tumbuh 13,9% (yoy) menjadi Rp46,3 triliun, dan kredit konsumen tumbuh 9,6% (yoy) menjadi Rp150,2 triliun, ditopang pembiayaan KPR, personal loan, dan kartu kredit.
Pada periode ini, rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL gross) di BNI mencapai 2,0%, sedangkan rasio kredit yang berpotensi gagal bayar atau loan at risk (LAR) 10,4%.
(Baca: BCA Cetak Kinerja Keuangan Positif pada Kuartal III 2025)