Harga emas menguat signifikan sejak awal tahun ini. Menurut data Bank Dunia, sampai Juli 2024 rata-rata harga emas fine gold sudah mencapai US$2.398 per troy ons, naik 17,9% dibanding Januari 2024 (year-to-date/ytd).
Rata-rata harga emas dunia pada Juli 2024 bahkan mencapai rekor tertinggi baru sepanjang pencatatan Bank Dunia.
(Baca: Harga Emas Dunia Kian Tinggi, Tembus Rekor Lagi pada Juli 2024)
Namun, hal tersebut umumnya tidak berdampak pada kenaikan harga saham emiten emas di Indonesia.
Dari 6 emiten bidang pertambangan/manufaktur/perdagangan emas yang dipantau Databoks, hanya ada 2 yang harga sahamnya menguat, sedangkan mayoritasnya melemah.
Emiten emas yang harga sahamnya turun paling dalam sejak awal tahun ini adalah PT Archi Indonesia Tbk (ARCI).
Merujuk data Yahoo Finance, pada 20 Agustus 2024 harga saham ARCI ditutup di level Rp306, turun 26,79% dibanding 2 Januari 2024 (year-to-date/ytd).
Hal serupa terjadi pada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang harga sahamnya turun antara 9—15% (ytd).
Sementara yang harga sahamnya menguat sejak awal tahun ini hanya PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), dengan persentase kenaikan seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Harga Emas Naik, Ketidakpastian Global Meningkat?)