Indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang merosot 12,4% pada 5 Agustus 2024. Menurut Japan Today, ini merupakan kejatuhan terburuk dalam hampir empat dekade terakhir.
Peristiwa yang lebih buruk hanya pernah terjadi pada 20 Oktober 1987, di mana indeks Nikkei kala itu ambruk 13,4%.
(Baca: Bursa Saham Asia Merah, Jepang Terparah)
Kejatuhan indeks Nikkei awal bulan ini beriringan dengan menguatnya nilai tukar yen Jepang terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Yahoo Finance, pada 5 Agustus 2024 nilai tukar 1 yen mencapai US$0,0069, level tertinggi dalam tujuh bulan belakangan.
Adapun tren penguatan yen sudah terjadi sejak pertengahan Juli 2024, seperti terlihat pada grafik.
Menurut Kyle Rodda, analis pasar keuangan dari Capital.com, penguatan yen tersebut mempengaruhi kejatuhan indeks Nikkei.
"Yen yang menguat dengan cepat memberi tekanan ke bawah bagi ekuitas Jepang, serta mendorong pembatalan perdagangan carry trade besar. Investor menambah pinjaman uang dalam yen untuk membeli aset lain, terutama saham teknologi AS," kata Kyle Rodda, dilansir Reuters (5/8/2024).
Namun, Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki berpandangan lain.
"Sulit untuk mengatakan apa yang melatarbelakangi penurunan saham," kata Shunichi Suzuki, dilansir Reuters (5/8/2024).
(Baca: Jepang Resesi, Ekspor Indonesia Terdampak)