Menurut data Bank Dunia, pada Desember 2023 rata-rata harga nikel kadar minimal 99,8% di London Metal Exchange (LME) mencapai US$16.460,84 per ton.
Harganya merosot 43,13% dibanding Desember 2022 (year-on-year/yoy), sekaligus menjadi rekor terendah sejak Desember 2021.
Jika dihitung secara tahunan, rata-rata harga nikel sepanjang 2023 mencapai US$21.521,12 per ton, turun 16,7% (yoy) dibanding rata-rata tahunan 2022.
Dalam Commodity Markets Outlook (Oktober 2023), Bank Dunia juga memproyeksikan harga nikel global akan melanjutkan tren menurun sampai 2024.
Bank Dunia membuat proyeksi tersebut karena ada peningkatan pasokan nikel dari negara-negara produsen utama, seperti China, Indonesia, dan Filipina.
Di sisi lain, permintaan nikel diramal berkurang, seiring dengan munculnya teknologi baterai kendaraan listrik berbasis lithium iron posphate (LFP) sebagai pengganti baterai nikel.
Bank Dunia pun meramalkan rata-rata tahunan harga nikel pada 2024 bisa turun hingga 10% (yoy) dibanding 2023.
Kendati begitu, Bank Dunia berekspektasi harganya bisa sedikit menguat mulai 2025, jika ada peningkatan permintaan baterai mobil listrik.
(Baca: Bukan Nikel, Ini Mineral yang Paling Banyak Dibutuhkan Industri Kendaraan Listrik)