Berdasarkan data Bloomberg nilai tukar rupiah di pasar spot pada perdagangan, Kamis (6/12) sempat melemah 1,1% hingga ke Rp 14.563/dolar Amerika Serikat (AS). Sehingga dalam tiga hari terakhir rupiah terdepresiasi 2,24%. Namun, hingga pukul 13: 25 WIB, rupiah mampu berbalik sedikit menguat ke Rp 14.553/dolar AS.
Keraguan para investor terhadap perundingan perang dagang antara AS dengan Tiongkok membuat para manajer pengelola dana kembali mengurangi investasinya di negara-negara berkembang karena dianggap berisiko dan mengalihkan investasinya dalam mata uang dolar AS. Imbasnya, dolar AS digdaya terhadap mata uang utama, termasuk mata uang regional seperti rupiah. Selain itu, rupiah yang telah menguat cukup tajam dalam sebulan terakhir, dimanfaatkan oleh para pelaku pasar melakukan aksi ambil untung membuat rupiah kembali terpuruk di atas Rp 14.500/dolar AS.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat menguat cukup kencang sebesar Rp 980/dolar AS (6,44%) hingga ke Rp 14.244/dolar AS hingga (3/12) dibanding posisi (30/10) di level Rp 15.424/dolar AS. Meredanya kekhawatiran terhadap perang dagang AS dengan Tiongkok serta imbal hasil di pasar finansial Indonesia yang masih cukup menjanjikan mampu menarik para pemilik dana kembali berinvestasi ke bursa saham dan pasar obligasi domestik. Alhasil, rupiah sempat menguat hingga di bawah Rp 14.300/dolar AS.
(Baca Databoks: Inilah yang Membuat Rupiah Perkasa)