Invasi Rusia ke Ukraina memicu pergolakan harga batu bara acuan (HBA). Hal ini terjadi karena Rusia merupakan salah satu pemasok batu bara terbesar di dunia. Namun, perang yang dilancarkan Rusia sejak 24 Februari 2022 telah menganggu rantai pasokan, hingga berdampak pada naiknya harga batu bara.
Untuk bulan Maret 2022 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan HBA naik ke level US$203,69 per ton. Harga ini meningkat sekitar 8,1% dari HBA Februari 2022 yang nilainya US$188,38 per ton.
Ini kedua kalinya HBA menembus US$200 per ton sejak tahun lalu. Sebelumnya, HBA sempat mencapai US$215,01 per ton pada November 2021.
HBA merupakan harga yang didapat dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya. Kualitasnya disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.
Terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA, yaitu supply dan demand. Faktor supply dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara pemasok, hingga persoalan teknis rantai pasokan seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.
Sedangkan faktor demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain seperti LNG, nuklir, dan hidro.
(Baca: Uni Eropa Rutin Impor Batu Bara dari Rusia, Berapa Nilainya per Tahun?)