Dewan Gubernur bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate) sebesar 50 basis points (bps) ke kisaran 4,25%-4,5% pada Desember 2022. Ini merupakan level tertingginya dalam 15 tahun terakhir.
Kenaikan tersebut adalah yang ke-7 kalinya terjadi sepanjang tahun ini. Secara kumulatif, sepanjang Maret-Desember 2022 suku bunga The Fed telah naik 425 bps.
The Fed menaikkan suku bunga acuan untuk meredam inflasi, yang timbul akibat kenaikan harga komoditas energi dan pangan imbas perang Rusia-Ukraina.
Inflasi Amerika Serikat (AS) sempat menyentuh 9,1% (yoy) pada Juni 2022, yang menjadi level tertingginya dalam beberapa dekade terakhir.
Adapun kebijakan The Fed tersebut telah memicu penguatan dolar AS terhadap mata uang utama dunia. Ini tercermin dari Indeks Dolar AS yang sempat menyentuh level tertingginya hingga menyentuh angka indeks 114 pada Oktober 2022.
Dengan naiknya dolar AS, biaya impor komoditas energi maupun pangan menjadi lebih mahal bagi negara yang tidak menggunakan mata uang dolar AS.
Kemudian pada November 2022 inflasi AS menurun ke 7,1% (yoy), dibanding bulan sebelumnya yang masih 7,7% (yoy). Penurunan inflasi ini merupakan yang ke-5 kalinya terjadi secara beruntun dari level tertingginya pada Juni 2022.
Inflasi yang masih tinggi memberikan ruang bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya di bulan-bulan mendatang. Pasalnya, inflasi AS saat ini masih jauh melampaui target yang hanya 2%.
Berikut rincian inflasi tahunan AS pada November 2022:
Inflasi Umum: 7,1% (yoy)
1. Inflasi Makanan: 10,6% (yoy)
- Inflasi makanan rumah: 10.6% (yoy)
- Inflasi makanan luar rumah 12% (yoy)
2. Inflasi Energi: 13,1% (yoy)
- Inflasi komoditas energi 12,2% (yoy)
- Inflasi jasa energi: 14,2% (yoy)
(Baca: The Fed Kerek Suku Bunga 75 bps, Tertinggi dalam 14 Tahun Terakhir)