Berdasarkan laporan We Are Social, ada 372,9 juta pengguna Twitter di seluruh dunia pada April 2023. Jumlah tersebut turun 19,8% dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Amerika Serikat merupakan negara dengan pengguna Twitter terbanyak di dunia per April 2023. Terdapat 64,85 juta pengguna Twitter di Negeri Paman Sam.
Kemudian, Jepang menempati peringkat kedua dengan 51,8 juta pengguna Twitter. Selanjutnya, posisinya ditempati oleh Brasil dan Inggris dengan masing-masing sebanyak 16,6 juta pengguna dan 16,1 juta pengguna Twitter.
Lalu, ada India di peringkat kelima dengan jumlah pengguna Twitter sebanyak 14,95 juta pengguna. Sementara, Indonesia menempati peringkat keenam dengan jumlah pengguna Twitter sebanyak 14,75 juta orang.
Berikut 10 negara dengan jumlah pengguna Twitter terbanyak dunia per April 2023:
- Amerika Serikat: 64,85 juta pengguna
- Jepang: 51,8 juta pengguna
- Brasil: 16,6 juta pengguna
- Inggris: 16,1 juta pengguna
- India: 14,95 juta pengguna
- Indonesia: 14,75 juta pengguna
- Turki: 13,8 juta pengguna
- Meksiko: 11,8 juta pengguna
- Arab Saudi: 11,4 juta pengguna
- Prancis: 9,45 juta pengguna
Tercatat, mayoritas pengguna Twitter global adalah laki-laki yaitu sebanyak 64,3%, sedangkan perempuan hanya 35,7%.
Kabar teranyar, valuasi Twitter kini hanya tersisa sepertiga dari harga yang dibayarkan Elon Musk saat membeli perusahaan media sosial tersebut pada tahun lalu.
Menurut Bloomberg.com, Rabu (31/5/2023), penurunan valuasi Twitter tersebut dilakukan oleh perusahaan investasi, Fidelity.
Elon Musk pun mengakui bahwa ia membayar terlalu mahal untuk Twitter, di mana saat itu ia membelinya seharga US$44 miliar, termasuk US$33,5 miliar dalam bentuk ekuitas. Baru-baru ini, ia mengatakan bahwa valuasi Twitter kini kurang dari separuh dari apa yang ia bayarkan.
Adapun Twitter memang tengah mengalami kesulitan finansial semenjak Musk mengambil alih perusahaan berlogo burung biru tersebut.
Usai membebani perusahaan dengan utang sebesar US$13 miliar, keputusan Musk yang tak konsisten dan tantangan dalam mengelola konten menyebabkan pendapatan iklannya turun 50% pada awal Maret lalu dibandingkan Oktober 2022.
(Baca: Pandemi Mereda, Hoaks di Media Sosial Berkurang pada 2022)