Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor pupuk Indonesia meningkat 30,01% menjadi 8,12 juta ton pada 2021 dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 6,25 juta ton. Nilai impor pupuk nasional pun melonjak 64,47% menjadi US$ 2,21 miliar pada tahun lalu dibanding tahun sebelumnya hanya US$1,35 miliar.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian. Untuk itu diperlukan ketersediaan pupuk yang memadai agar para petani mendapatkan hasil yang maksimal.
Setiap tahunnya pemerintah mengimpor pupuk dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pupuk nasional. Impor pupuk terbesar Indonesia berasal dari Kanada dengan volume mencapai 1,8 juta ton dengan nilai US$545,7 juta pada 2021. Diikuti dari Tiongkok dengan volume 1,78 juta ton senilai US$525 juta, Mesir sebesar 1,13 juta ton senilai US$91 juta, Belarusia dengan volume 905 juta ton senilai US$268 juta.
Berikutnya, impor pupuk Indonesia dari Australia mencapai 286 juta ton dengan nilai US$34,5 juta, dari Yordania seberat 243,7 juta ton senilai US$ 87,9 juta, dari Vietnam seberat 183,6 juta ton dengan nilai US$92,3 juta.
Ada pula impor pupuk Indonesia dari Jerman seberat 151,8 juta dengan nilai US$44,4 juta, dari Laos seberat 96,4 juta ton dengan nilai US$33,8 juta, serta dari negara lainnya sebanyak 351 juta ton dengan nilai US$ 84,5 juta.
(Baca: 12% Impor Pupuk Indonesia Berasal dari Rusia)