Logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth kini banyak diincar negara dunia. Pasalnya, sumber daya mineral ini bisa digunakan untuk memproduksi berbagai jenis teknologi.
Menurut laporan Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, LTJ bisa dimanfaatkan untuk mendukung produksi teknologi lampu, komputer, ponsel, hingga komponen otomotif dan baterai mobil listrik.
"Berbagai tipe rechargeable batteries yang banyak mengandung cadmium (Cd) atau timbal (Pb), sekarang digantikan dengan baterai rechargeable lanthanumnickel-hydride (salah satu jenis LTJ)," ungkap PSDMBP dalam laporan Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia yang dirilis 2019.
"Demikian halnya pada baterai komputer, baterai mobil, dan peralatan komunikasi banyak menggunakan LTJ karena daya pakai yang lebih lama, mudah diisi ulang, dan mudah didaur ulang," lanjutnya.
Indonesia sendiri memiliki potensi kekayaan logam tanah jarang yang tersebar di berbagai daerah.
Mengutip data Kementerian ESDM, potensi LTJ terbesar berada di Kepulauan Bangka Belitung, yakni mencapai 207.397 ton dengan rincian 186.663 ton berupa monasit dan 20.734 ton senotim.
Ada pula potensi LTJ di Sumatera Utara sebesar 19.917 ton, kemudian potensi LTJ dalam bentuk laterit di Sulawesi Tengah 443 ton, dan Kalimantan Barat sebesar 219 ton.
Dirjen Minerba Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin menyebutkan, saat ini pemanfaatan logam tanah jarang di Indonesia masih dalam tahap eksplorasi.
"Kita tahu keterdapatannya (LTJ) di 9 lokasi dan sudah terpetakan sumber daya 8 lokasi, 8 lokasi ini pun baru dilakukan eksplorasi awal sehingga secara umum kita masih terbatas," jelas Ridwan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (11/4/2022).
(Baca Juga: Tiongkok Miliki Cadangan Logam Tanah Jarang Terbesar di Dunia)