Emisi gas rumah kaca Indonesia dari berbagai sektor terus meningkat dalam dua dekade terakhir, kecuali sektor kehutanan dan penggunaan lahan yang emisinya sangat fluktuatif.
Hal ini terlihat dari Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi Tahun 2024 yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Menurut laporan tersebut, selama periode 2000-2023, pertumbuhan emisi gas rumah kaca Indonesia paling pesat terjadi di sektor energi dan sampah/limbah.
Lalu emisi sektor industri dan pertanian tumbuh dalam rentang lebih rendah, sedangkan emisi sektor kehutanan dan penggunaan lahan cenderung turun setelah sempat meningkat tajam.
(Baca: Sektor Energi Sumbang 55% Emisi Gas Rumah Kaca Indonesia pada 2023)
Berikut rincian pertumbuhan emisi gas rumah kaca Indonesia per sektor selama periode 2000-2023, berdasarkan data KLHK:
1. Sektor Energi
Emisi sektor energi yang dicatat KLHK berasal dari proses eksplorasi dan eksploitasi energi fosil, pembangkitan listrik berbasis energi fosil, serta pembakaran energi fosil untuk keperluan industri, komersial, rumah tangga, dan transportasi.
- Emisi tahun 2000: 317,61 juta ton CO2e
- Emisi tahun 2023: 752,28 juta ton CO2e
- Persentase pertumbuhan 2000-2023: naik 137%
2. Sektor Kehutanan/Penggunaan Lahan
Emisi sektor kehutanan/penggunaan lahan yang dicatat KLHK berasal dari perubahan tutupan lahan hutan dan non-hutan, alih fungsi lahan untuk pertanian dan permukiman, produksi kayu, kebakaran hutan dan lahan, termasuk kebakaran gambut.
- Emisi tahun 2000: 756,5 juta ton CO2e
- Emisi tahun 2023: 306,9 juta ton CO2e
- Persentase pertumbuhan 2000-2023: turun 59%
Kendati ada kecenderungan turun, emisi dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan bisa berubah secara ekstrem, salah satunya karena dipengaruhi kebakaran gambut.
"Terjadi peningkatan emisi yang ekstrem pada tahun 2006, 2009, 2014 dan 2015 di mana terjadi fenomena El Nino. Fenomena El Nino tersebut ditengarai merupakan salah faktor penyebab kebakaran gambut dengan intensitas yang cukup lama dan mencakup wilayah yang cukup luas," kata KLHK dalam laporannya.
3. Sektor Sampah/Limbah
Emisi sektor sampah/limbah yang dicatat KLHK berasal dari aktivitas pengelolaan sampah padat domestik (pembuatan kompos dan pembakaran sampah), serta pengelolaan limbah cair domestik, limbah cair industri, dan sampah padat industri.
- Emisi tahun 2000: 62,19 juta ton CO2e
- Emisi tahun 2023: 136,34 juta ton CO2e
- Persentase pertumbuhan 2000-2023: naik 119%
4. Sektor Pertanian
Emisi sektor pertanian yang dicatat KLHK berasal dari aktivitas budidaya padi di sawah, pembakaran biomassa residu pertanian, penggunaan pupuk urea, serta emisi dari peternakan, pengelolaan kotoran ternak, dan aktivitas terkait lainnya.
- Emisi tahun 2000: 84,54 juta ton CO2e
- Emisi tahun 2023: 104,98 juta ton CO2e
- Persentase pertumbuhan 2000-2023: naik 24%
5. Sektor Industri
Emisi sektor industri yang dicatat KLHK berasal dari kegiatan produksi di industri mineral, kimia, logam, pulp/kertas, makanan/minuman, serta penggunaan produk bahan bakar non-energi dan pelarut (pelumas dan lilin parafin).
- Emisi tahun 2000: 42,92 juta ton CO2e
- Emisi tahun 2023: 59,85 juta ton CO2e
- Persentase pertumbuhan 2000-2023: naik 39%
(Baca: Batu Bara, Sumber Emisi Terbesar Indonesia dalam Skenario Transisi Energi 2025-2034)