Menurut Low Carbon Development Indonesia (LCDI), ekosistem alami di Indonesia dibedakan menjadi 4 tipe utama, yaitu ekosistem laut, ekosistem perairan tawar, ekosistem semi-terestrial, dan ekosistem terestrial.
Saat ini, terdapat 22 tipe ekosistem alami di Indonesia yang meliputi:
- Mintakat neritik
- Mintakat oseanik
- Ekosistem lamun
- Ekosistem terumbu karang
- Ekosistem sungai
- Ekosistem danau
- Ekosistem riparian
- Ekosistem mangrove
- Ekosistem hutan pantai
- Ekosistem hutan dipterokarpa
- Ekosistem hutan kerangas
- Ekosistem rawa
- Ekosistem gambut
- Ekosistem karst
- Ekosistem savana
- Ekosistem padang rumput
- Ekosistem ultrabasic
- Ekosistem hutan pegunungan bawah
- Ekosistem hutan pegunungan atas
- Ekosistem sub-alpin
- Ekosistem alpin
- Ekosistem nival
(Baca: Pemetaan Keanekaragaman Hayati di ICCAs Indonesia per Mei 2025)
“Data luasan per tipe ekosistem sampai dengan saat ini masih terbatas pada 8 tipe ekosistem,” tulis LCDI, lembaga yang diinisiasi oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam laporannya.
Dari klasifikasi tersebut, luasan ekosistem alami di Indonesia yang teridentifikasi cukup beragam hingga 2024. Berikut datanya yang diolah LCDI dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN):
- Ekosistem gambut: 13.430.517 hektare (ha)
- Ekosistem savana: 10.275.300 ha
- Ekosistem mangrove: 3.364.080 ha
- Ekosistem terumbu karang: 2.500.000 ha
- Ekosistem hutan kerangas: 767.200 ha
- Ekosistem danau: 523.388,03 ha
- Ekosistem karst: 354.216,75 ha
- Ekosistem lamun: 293.464 ha
LCDI mengatakan, data yang ada masih membutuhkan pemutakhiran untuk memastikan pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
“Identifikasi dan pemetaan ekosistem penting dilakukan pada keseluruhan 22 ekosistem alami untuk menjadi bahan pertimbangan para pihak dalam membuat kebijakan,” ucap LCDI.
(Baca: Jumlah Penangkar Tumbuhan dan Satwa Liar RI Turun Drastis pada 2023)