Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi di Kepulauan Riau pada tahun 2024 sebesar 305.09 Ton. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 5.84% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara historis, produksi padi di Kepulauan Riau fluktuatif. Produksi padi pada tahun 2024 ini sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata 3 tahun terakhir (2021-2023) yang sebesar 572.64 Ton. Namun jika dibandingkan rata-rata 5 tahun terakhir (2019-2023) yang sebesar 736.25 Ton, produksi padi tahun 2024 masih lebih rendah.
Pertumbuhan produksi padi tertinggi di Kepulauan Riau terjadi pada tahun 2010 dengan kenaikan mencapai 189.77%. Kenaikan signifikan juga terjadi pada tahun 2018 sebesar 71.67%. Sementara itu, penurunan terdalam terjadi pada tahun 2016 dengan penurunan turun 34.62%, diikuti penurunan pada tahun 2022 turun 40.71%. Fluktuasi ini menunjukkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di wilayah ini, seperti kondisi cuaca, perubahan lahan pertanian, atau kebijakan pertanian.
(Baca: Jumlah Penduduk dan Persentase Kemiskinan di Kota Bukit Tinggi Periode 2004 - 2024)
Secara ranking di Pulau Sumatera, produksi padi Kepulauan Riau berada di peringkat 10 pada tahun 2024. Peringkat ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya dalam lima tahun terakhir. Secara nasional, Kepulauan Riau menempati peringkat 37. Nilai produksi padi Kepulauan Riau tahun 2024 yaitu 305.09 Ton, menempatkan posisinya di antara provinsi-provinsi lain dengan tingkat produksi yang relatif lebih rendah dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
Anomali terlihat pada periode 2015-2017, dimana terjadi penurunan produksi padi yang cukup signifikan. Setelah mencapai puncak produksi pada tahun 2015 sebesar 1403 Ton, produksi padi terus menurun hingga mencapai titik terendah pada tahun 2017 sebesar 627 Ton. Hal ini mengindikasikan adanya tantangan khusus yang dihadapi sektor pertanian padi di Kepulauan Riau pada periode tersebut.
Meskipun terjadi penurunan produksi padi pada tahun 2024, pemerintah dan pihak terkait perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Kepulauan Riau. Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui penerapan teknologi pertanian yang lebih modern, penyediaan bibit unggul, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta perbaikan infrastruktur irigasi. Dengan demikian, diharapkan produksi padi di Kepulauan Riau dapat kembali meningkat dan memberikan kontribusi positif bagi ketahanan pangan wilayah tersebut.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kep. Riau 2015 - 2024)
Papua
Produksi padi di Papua mencatatkan nilai tertinggi di antara wilayah yang dibandingkan, mencapai 4609.95 Ton dan menduduki peringkat ke-4 di pulau Papua. Pertumbuhan produksi padi di Papua cukup signifikan yaitu 22.59%, dengan selisih nilai sebesar 849.5 Ton dibandingkan tahun sebelumnya. Dibandingkan dengan rata-rata, pertumbuhan ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki Papua dalam sektor pertanian padi, meski masih perlu upaya lebih lanjut untuk meningkatkan posisinya secara nasional.
DKI Jakarta
DKI Jakarta berada di peringkat ke-6 di Pulau Jawa dengan nilai produksi padi sebesar 2306.54 Ton. Terjadi penurunan turun 13.75% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan selisih nilai -367.74 Ton. Walaupun DKI Jakarta memiliki peringkat yang cukup baik di Pulau Jawa, fokus pada peningkatan produktivitas dan adaptasi terhadap perubahan iklim dapat membantu menjaga dan meningkatkan produksi padi di masa depan.
Papua Barat Daya
Papua Barat Daya mencatat produksi padi sebesar 988.64 Ton dan menempati peringkat ke-5 di Pulau Papua. Terjadi penurunan signifikan -58.75% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menjadikan penurunan turun 1408.31 Ton. Dibandingkan dengan wilayah lain di Papua, Papua Barat Daya menghadapi tantangan yang lebih besar dalam meningkatkan produksi padi.
Papua Pegunungan
Dengan nilai produksi padi terendah di antara yang dibandingkan, Papua Pegunungan hanya mencatatkan 42.38 Ton. Selain itu, menempati peringkat ke-6 di Pulau Papua. Terjadi penurunan -31.23% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun memiliki nilai produksi yang rendah dan pertumbuhan yang negatif, fokus pada pengembangan infrastruktur pertanian dan dukungan teknis dapat membantu meningkatkan potensi produksi padi di Papua Pegunungan.