Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai PDRB per Kapita Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Menurut Provinsi (ADHK 2010) Nusa Tenggara Timur pada tahun 2024 sebesar Rp 13,79 juta. Data historis menunjukkan pertumbuhan positif selama periode 2010-2024. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2019 sebesar 3.98%, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2021 sebesar 0.89%. Secara umum, PDRB per kapita NTT menunjukkan tren kenaikan dari tahun ke tahun.
Dibandingkan rata-rata 3 tahun terakhir (2022-2024), PDRB per kapita NTT tahun 2024 menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik. Rata-rata pertumbuhan 3 tahun terakhir adalah 1.80%, sedangkan pertumbuhan tahun 2024 mencapai 2.14%. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir (2020-2024), pertumbuhan tahun 2024 sedikit lebih rendah. Rata-rata pertumbuhan 5 tahun terakhir adalah 1.89%. Dalam 5 tahun terakhir, ranking NTT secara nasional berada di posisi 33-37. Tahun 2024, NTT berada di peringkat 37.
(Baca: Harga Komoditas Nikel untuk Kontrak 3 Bulan ke Depan Turun Menuju Level US$15.070 /Ton (Jumat, 07 November 2025))
Di Nusa Tenggara dan Bali, NTT menempati peringkat ke-3 pada tahun 2024. Peringkat ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya dalam 5 tahun terakhir. Nilai PDRB per kapita NTT masih lebih rendah dibandingkan Bali dan Nusa Tenggara Barat. Kenaikan tertinggi dalam periode historis terjadi pada tahun 2019 dengan selisih Rp 488.130 dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan terendah terjadi pada tahun 2021 dengan selisih Rp 115.730.
Anomali terjadi pada tahun 2021, dimana pertumbuhan PDRB per kapita sangat rendah (0.89%) dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti pandemi COVID-19 yang berdampak signifikan terhadap perekonomian NTT. Kondisi ini berbeda dengan rata-rata pertumbuhan 3 tahun sebelumnya (2018-2020) yang mencapai 3.63%.
Secara keseluruhan, PDRB per kapita NTT menunjukkan tren positif meskipun terdapat fluktuasi. Fluktuasi ini terlihat dari perbedaan pertumbuhan dari tahun ke tahun, dimana terjadi perlambatan pertumbuhan pada tahun 2021 dan peningkatan kembali pada tahun 2024. Ranking NTT di tingkat nasional dan regional relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir.
(Baca: Harga Gandum Kontrak Tiga Bulan - US Wheat Futures Turun Menuju Level 527.75 Bushel (Jumat, 07 November 2025))
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat menempati peringkat ke-34 secara nasional dengan nilai PDRB per kapita sebesar Rp 24,67 juta. Pertumbuhan ekonomi provinsi ini mencapai 3.22%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Meskipun peringkatnya cukup baik, Sulawesi Barat masih perlu berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonominya agar dapat bersaing dengan provinsi lain di Indonesia. Posisi keenam di pulau Sulawesi menunjukkan potensi besar yang perlu digali lebih dalam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatatkan nilai PDRB per kapita sebesar Rp 19,38 juta dan berada di peringkat ke-35 secara nasional. Pertumbuhan ekonomi NTB mencapai 3.70%, menunjukkan kinerja yang cukup baik. Sebagai provinsi di wilayah Nusa Tenggara dan Bali, NTB menempati peringkat kedua, menunjukkan potensi ekonomi yang signifikan. Peningkatan investasi dan pengembangan sektor pariwisata dapat menjadi fokus utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi NTB di masa depan.
Maluku
Maluku menempati peringkat ke-36 secara nasional dengan nilai PDRB per kapita sebesar Rp 19,12 juta. Pertumbuhan ekonomi provinsi ini mencapai 3.98%, menunjukkan kinerja yang positif. Meskipun berada di peringkat kedua di wilayah Maluku, Maluku Utara, potensi ekonomi Maluku masih perlu ditingkatkan. Pengembangan sektor perikanan dan pariwisata dapat menjadi strategi utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Maluku dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Papua Pegunungan
Papua Pegunungan memiliki nilai PDRB per kapita sebesar Rp 9,41 juta dan menempati peringkat ke-38 secara nasional. Pertumbuhan ekonomi provinsi ini mencapai 3.42%. Sebagai provinsi baru, Papua Pegunungan menghadapi berbagai tantangan dalam pembangunan ekonomi. Peningkatan infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia menjadi prioritas utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua Pegunungan. Posisi keenam di pulau Papua menunjukkan masih banyak ruang untuk berkembang dan mengejar ketertinggalan dari provinsi lain.