Kementerian Pertanian mencatat produksi kangkung di Provinsi Riau pada tahun 2024 sebesar 12.178,13 ton. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 9,55% dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 13.464 ton. Penurunan ini juga terlihat dari selisih nilai dengan tahun sebelumnya yang turun 1.285,87 ton.
Jika dibandingkan dengan rata-rata produksi selama tiga tahun terakhir (2022-2024) yaitu 12.713,38 ton, produksi kangkung di Riau pada tahun 2024 mengalami penurunan. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata produksi selama lima tahun terakhir (2020-2024) yaitu 11.909,86 ton, produksi tahun 2024 menunjukkan sedikit peningkatan.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Sulawesi Selatan 2015 - 2024)
Secara historis, produksi kangkung tertinggi di Riau terjadi pada tahun 2019 sebesar 13.834 ton, sedangkan penurunan terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar 3.537 ton. Dalam lima tahun terakhir, ranking produksi kangkung Riau di Pulau Sumatera cukup fluktuatif, berkisar antara peringkat 2 hingga 4. Untuk tahun 2024, Riau berada di peringkat ke-3 di Pulau Sumatera.
Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Sumatera, produksi kangkung Riau pada tahun 2024 masih lebih tinggi dibandingkan Sumatera Selatan, namun lebih rendah dibandingkan Sumatera Utara dan Lampung. Secara nasional, Riau berada di peringkat ke-6 dalam produksi kangkung.
Kenaikan tertinggi produksi kangkung di Riau terjadi pada tahun 2003 dengan pertumbuhan 101,93%, sementara penurunan terdalam terjadi pada tahun 2004 dengan penurunan turun 59,6%. Anomali terjadi pada tahun 2004 dimana terjadi penurunan drastis setelah pertumbuhan yang sangat tinggi di tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan fluktuasi yang signifikan dalam produksi kangkung di Riau.
Jawa Tengah
Jawa Tengah menduduki peringkat ke-3 secara nasional dengan produksi kangkung mencapai 28.514,23 ton. Meskipun masih menjadi salah satu produsen utama, Jawa Tengah mengalami penurunan sebesar 5,41% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini tercermin dari selisih nilai turun 1.630,77 ton. Walaupun begitu, posisinya sebagai salah satu yang teratas di Indonesia tetap terjaga.
(Baca: Jumlah Penduduk dan Persentase Kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya Periode 2004 - 2024)
Sumatera Utara
Sebagai produsen kangkung terbesar di Pulau Sumatera, Sumatera Utara mencatatkan produksi sebesar 24.462,05 ton. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 2,22% dibandingkan tahun sebelumnya. Selisih nilai juga menunjukkan angka negatif turun 554,95 ton. Meskipun demikian, Sumatera Utara tetap menjadi motor penggerak produksi kangkung di wilayah Sumatera.
Lampung
Lampung menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dalam produksi kangkung dengan mencatatkan angka 13.408,19 ton. Pertumbuhan positif sebesar 1,65% ini menghasilkan selisih nilai sebesar 218,19 ton dibandingkan tahun sebelumnya. Posisinya di peringkat ke-2 di Pulau Sumatera menunjukkan potensi besar Lampung dalam pengembangan sektor pertanian kangkung.
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatatkan produksi kangkung sebesar 11.249,82 ton. Namun, terjadi penurunan signifikan sebesar 19,76% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh selisih nilai yang turun 2.770,18 ton. Peringkat NTT di Pulau Nusa Tenggara dan Bali adalah yang teratas. Kondisi ini mengindikasikan tantangan yang dihadapi NTT dalam mempertahankan dan meningkatkan produksi kangkung.
Banten
Banten memproduksi kangkung sebanyak 10.281,9 ton. Terjadi penurunan sebesar 2,15% dibandingkan tahun sebelumnya, yang ditandai dengan selisih nilai turun 226,1 ton. Posisinya di peringkat ke-4 secara nasional mengindikasikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap produksi kangkung nasional, meskipun mengalami penurunan.
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan menunjukkan pertumbuhan positif dalam produksi kangkung. Dengan produksi mencapai 9.831,65 ton, terjadi peningkatan sebesar 2,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini tercermin dari selisih nilai sebesar 258,65 ton. Sulawesi Selatan menjadi produsen kangkung terbesar di Pulau Sulawesi.