Save the Children menyurvei kondisi dan persepsi anak-anak Gaza, Palestina, terkait dukungan yang diterima dari orang terdekat pada 2022.
Survei dukungan ini dilakukan karena banyak anak-anak yang hidup dalam situasi sulit penuh tekanan dan berlarut-larut. Oleh karenanya, Save the Children menganggap kesejahteraan psikososial anak-anak harus diutamakan.
"Penting bagi mereka untuk memiliki seseorang yang dapat diandalkan untuk mendapatkan dukungan. Kehadiran sosok yang aman dan suportif dalam kehidupan mereka berfungsi sebagai pelindung utama bagi kesejahteraan psikososial dan kesehatan mental anak-anak dan remaja," tulis tim riset dalam laporannya.
Hasilnya, dari seluruh responden, terdapat 82% anak yang merasa orang tuanya bisa menjaga atau merawat mereka. Angka itu mengalami penurunan dari survei 2018 yang sebesar 91%.
Selanjutnya, hanya 44% anak yang merasa punya seseorang yang bisa diandalkan dan dimintai dukungan. Padahal pada 2018 proporsi ini bisa mencapai 60%.
Lalu sebanyak 65% merasa didukung oleh saudara-saudaranya. Angka ini juga turun dari survei 2018 yang bisa mencapai 77%.
Terakhir, hanya 56% responden anak yang merasa didukung oleh rekan-rekannya. Capaian ini juga turun dari sebelumnya yang sebesar 66%.
Save the Children menilai temuan ini cukup memprihatinkan. Tim riset juga menyebut, perasaan kurangnya dukungan pada anak-anak kemungkinan besar berkaitan dengan kesehatan mental dan kesejahteraan psikososial pengasuh atau orang tua mereka.
"Ketika kami bertanya kepada para pengasuh bagaimana perasaan mereka, sebagian besar mengatakan mereka merasa tidak bahagia (96%), berada di bawah tekanan terus-menerus (98%)," tulis tim riset.
Riset kuantitatif dilakukan pada Maret hingga April 2022. Temuan kuantitatif ini diperkuat dengan penelitian kualitatifnya.
Sebanyak 560 kuesioner kesejahteraan anak atau psikososial diisi oleh anak-anak, remaja, dan pengasuh di lima daerah, yakni Gaza Utara, Gaza, Gaza Tengah, Khan-Younis, dan Rafah. Sampel dipilih secara acak di antara anak-anak dan pengasuh mereka yang tinggal di daerah perkotaan, perdesaan, pengungsian, dan daerah dengan akses terbatas.
Survei kuantitatif dilakukan terhadap 400 anak usia 12–17 tahun dengan komposisi 48% perempuan dan 52% laki-laki. Survei juga menyasar 160 orang tua dan pengasuh, terdiri dari 50% perempuan, 50% laki-laki.
Sementara riset kuantitatif 2018 dilakukan terhadap 300 anak-anak Gaza.
Selanjutnya untuk riset kualitatif 2022, dilakukan dengan wawancara sebanyak 12 sesi terhadap delapan anak dan empat pengasuh. Ada pula 10 sesi focus group discussion (FGD) yang dilakukan dengan 80 anak berusia antara 12 dan 17 tahun, 40% di antaranya adalah perempuan.
Wawancara dilakukan terhadap sepuluh informan kunci, termasuk dengan spesialis DKJPS, serta organisasi masyarakat sipil dan internasional terkait yang bekerja di lapangan.
(Baca juga: Banyak Anak Gaza yang Hidup dalam Depresi hingga Ketakutan pada 2022)