Menurut laporan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting pada anak usia di bawah lima tahun (balita) nasional mencapai 19,8% pada 2024.
Artinya, dari setiap 100 anak balita di Indonesia, ada antara 19 sampai 20 orang anak yang mengalami stunting.
"Di Indonesia, prevalensi stunting masih menunjukkan angka yang cukup tinggi meskipun mengalami penurunan dalam satu dekade terakhir," kata Kementerian Kesehatan dalam laporan SSGI 2024.
(Baca: Angka Stunting Indonesia Terus Berkurang sampai 2024)
Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan seorang anak lebih rendah dari rata-rata anak seusianya.
Kondisi ini dapat terjadi akibat infeksi, kurangnya asupan gizi pada ibu selama masa kehamilan, atau kurangnya asupan gizi pada anak dalam masa pertumbuhan.
"Stunting menggambarkan defisiensi gizi kronis yang terjadi dalam periode kritis kehidupan, mulai dari masa kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan anak," kata Kementerian Kesehatan dalam laporannya.
"Kondisi ini mampu menimbulkan gangguan perkembangan fisik dan kognitif yang bersifat permanen, serta berpotensi meningkatkan risiko penyakit metabolik seperti resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular di masa dewasa," lanjutnya.
Jika dipecah per provinsi, angka stunting tertinggi pada 2024 berada di Nusa Tenggara Timur, yakni 37%.
Sedangkan angka stunting terendah berada di Bali, hanya 8,7% seperti terlihat pada grafik.
"Data yang dihasilkan dari SSGI 2024 dapat digunakan untuk menyusun berbagai strategi nasional dan daerah dalam mencapai target penurunan angka stunting," kata Kementerian Kesehatan dalam laporannya.
"Penggunaan data tersebut diharapkan mampu menekan prevalensi stunting secara signifikan dalam jangka menengah dan panjang, serta meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas generasi masa depan bangsa Indonesia," lanjutnya.
Adapun data tahun ini hanya mencakup prevalensi stunting di 36 dari 38 provinsi Indonesia. Sementara data dari dua provinsi, yaitu Papua Tengah dan Papua Pegunungan, tidak tersedia karena jumlah sampelnya belum mencukupi.
(Baca: Enam Provinsi RI dengan Kasus Stunting Balita Terbanyak pada 2024)