Beragam perasaan negatif menerpa para penyintas Covid-19 kala mengetahui statusnya untuk pertama kali. Mereka merasa khawatir hingga tak suka atau jijik terhadap diri sendiri.
Lebih dari setengah atau 51,9% responden penyintas Covid-19 merasa khawatir ketika divonis akan penyakitnya. Sementara itu, 42,5% merasa cemas, bahkan jijik terhadap diri sendiri yang dialami 1,7% responden.
Perasaan negatif itu makin parah ketika mereka mendapatkan stigma dari lingkungan sekitarnya. Tak sedikit dari masyarakat yang memilih untuk menggunjingkan, mengucilkan, hingga membiarkan para penyintas Covid-19 tak mendapat bantuan. Pemerintah perlu bersikap tegas menanggapi persoalan ini, seperti meluruskan rumor dan menindak para pelaku diskriminasi.
(Baca: Sederet Stigma yang Melekat pada Para Penyintas Covid-19)
Survei kolaborasi antara Lapor Covid-19 dan Kelompok Peminatan Intervensi Sosial Fakultas Psikologi UI menjaring 181 responden. Mereka berusia 18 tahun ke atas yang pernah atau sedang terpapar Covid-19. Sebanyak 56% responden adalah tenaga kesehatan.
Pemerintah terus mengimbau masyarakat menerapkan gerakan 3M (Mencuci tangan dengan sabun, Memakai masker, dan Menjaga jarak) untuk memutus penularan virus corona. Hal ini karena obat dan vaksin belum ditemukan.