Salah satu penyebab kecilnya jumlah perempuan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dibanding laki-laki adalah masih adanya bias gender dalam menjalankan bisnis. Perempuan lebih sulit mendapat akses jaringan usaha, kesempatan, hingga dukungan finansial dibanding laki-laki.
Penyebab tersebut terukur dalam kesenjangan kredit usaha, yakni selisih antara pinjaman yang diajukan dan pinjaman yang diperoleh pengusaha perempuan. Data dari Laporan International Finance Corporation (IFC) pada 2011 menunjukkan bahwa dalam cakupan global, estimasi kesenjangan kredit bagi pengusaha perempuan adalah sebesar US$ 287 juta, atau 30 persen dari total kesenjangan kredit UMKM. Kecilnya persentase tersebut disebabkan jumlah pengusaha UMKM perempuan yang juga kecil.
Indonesia yang termasuk dalam kawasan Asia Timur dan Pasifik memiliki total kesenjangan kredit sebesar US$ 67,5 juta untuk pemilik UMKM perempuan. Apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain angka tersebut cukup besar. Artinya kegiatan bisnis UMKM yang dijalankan oleh para perempuan cukup ‘hidup’ di wilayah tersebut, meski tidak dimungkiri persentase selisih antara total kesenjangan kredit perempuan dan laki-laki untuk Asia Timur dan Pasifik juga cukup besar.
Perempuan perlu terus didukung untuk dapat mengembangkan bisnisnya dengan cara mendapatkan akses finansial yang lebih baik. Khususnya pada wilayah-wilayah dengan angka total kesenjangan kreditnya sangat rendah, seperti Asia Selatan.
This article was produced in partnership with Investing in Women an initiative of the Australian Government that promotes women’s economic empowerment in South East Asia.