Tingkat literasi atau pengetahuan masyarakat Indonesia tentang pasar modal dan financial technology (fintech) masih rendah.
Hal ini terlihat dari laporan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
(Baca: Pasar Modal RI Kian Ramai, Ada 15 Juta Investor Awal 2025)
OJK mengukur literasi keuangan masyarakat dengan menyurvei 10.800 orang yang tersebar di 120 kota/kabupaten di 34 provinsi Indonesia.
Survei dilakukan pada Januari-Februari 2025, dengan kriteria sampel berusia antara 15-79 tahun dan latar belakang profesi beragam, mulai dari pelajar, ibu rumah tangga, petani, karyawan, wirausaha, sampai yang tidak bekerja.
Dalam hal literasi, parameter yang disurvei adalah pengetahuan masyarakat tentang lembaga dan produk jasa keuangan, kemampuan berhitung sederhana, hingga keyakinan, sikap, dan perilaku dalam mencapai tujuan keuangan.
Hasilnya, literasi masyarakat di sektor perbankan tahun ini mencapai 65,5%. Artinya, dari 100 orang sampel, setidaknya ada 65 orang yang punya pengetahuan cukup tentang layanan bank.
Namun, literasi di sektor jasa keuangan lain secara umum tergolong rendah, dengan proporsi kurang dari 50%.
Sektor dengan literasi terendah, atau yang paling jarang dipahami masyarakat, adalah lembaga keuangan mikro.
Literasi yang minim juga ditemukan di sektor pasar modal, fintech lending atau pinjaman daring, serta dana pensiun, dengan proporsi kurang dari 30%.
Berikut rincian tingkat literasi masyarakat Indonesia tentang sektor-sektor jasa keuangan pada 2025, diurutkan dari yang tertinggi:
- Perbankan: 65,5%
- Pergadaian: 54,74%
- Lembaga pembiayaan: 46,66%
- Perasuransian: 45,45%
- Lembaga jasa keuangan lainnya: 42,77%
- Dana pensiun: 27,79%
- Fintech lending: 24,9%
- Pasar modal: 17,78%
- Lembaga keuangan mikro: 9,8%
(Baca: Jenis Layanan Kredit yang Digunakan Rumah Tangga Indonesia Awal 2025)