Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia, produksi garam dalam negeri berfluktuasi pada 2020-2024.
Pada 2020-2022, contohnya, produksi garam di Indonesia tampak lesu. KKP mencatat produksi garam seberat 1,36 juta ton pada 2020, volumenya kemudian ambles menjadi 0,7 juta ton pada 2022. Setelah 2022, produksi garam baru naik signifikan menjadi 2,5 juta ton.
Namun, pada 2024 produksi garam kembali turun menjadi 2,04 juta ton. Kendati demikian, jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam Rencana Strategis KKP 2020-2024, yaitu 2 juta ton, KKP menilai produksi tersebut telah melampaui target yang ditetapkan.
KKP menjelaskan, salah satu solusi yang dilakukan untuk menggenjot produksi garam adalah mengembangkan dan menerapkan teknologi Rumah Tunnel. Tujuan teknologi tersebut adalah mengoptimalkan proses produksi garam, khususnya di cuaca yang kurang mendukung.
Menurut KKP. implementasi teknologi tersebut juga memungkinkan pengendalian lingkungan produksi garam, sehingga proses penguapan berlangsung lebih efisien, terlepas dari keterbatasan musim kemarau.
Sebelumnya, KKP berencana membangun Kawasan Sentra Industri Garam Nasional di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Juli 2025. Kawasan tersebut diharapkan bisa memproduksi sekitar 3 juta ton garam khusus kebutuhan sektor manufaktur.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP, A. Koswara, mengatakan pihaknya akan membangun kawasan industri khusus produksi garam seluas 10.000 hektare di Kabupaten Rote Ndao, NTT. Pemerintah akan membangun satu dari sepuluh zona dalam kawasan industri tersebut beserta infrastruktur dasarnya, seperti jalan, air baku, dan ketenagalistrikan.
"Dengan rencana tersebut, Kawasan Industri Garam Nasional di Rote bisa mensubstitusi garam impor yang mencapai 2,6 juta ton per tahun. Sebab, kapasitas produksi di sana bisa sampai 3 juta ton per tahun," kata Koswara di kantornya, Rabu (11/6/2025).
(Baca: Indonesia Impor Garam Lebih dari 2 Juta Ton per Tahun)