Tren belanja online di Indonesia terus menguat, namun saham e-commerce LQ45 justru ambles pada 2022.
LQ45 adalah indeks berisi 45 emiten yang dipilih Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan kriteria tertentu, seperti memiliki kapitalisasi pasar terbesar serta likuiditas tertinggi.
Tahun ini hanya ada dua emiten e-commerce yang masuk ke indeks tersebut, yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) dan PT Bukalapak (BUKA).
Sepanjang Januari-September 2022 GOTO mencetak pendapatan bersih Rp7,97 triliun, meningkat 134,07% dibanding Januari September tahun lalu (year-on-year/yoy). Dalam periode sama BUKA meraih pendapatan Rp2,59 triliun, naik juga 92,14% (yoy).
Kendati pendapatannya tumbuh, harga saham mereka merosot tahun ini. Selama 3 Januari-28 Desember 2022 harga saham GOTO ambles 76,18% (year-to-date/ytd), sedangkan harga saham BUKA turun 36,79% (ytd).
Menurut Head of Research DBS Group Maynard Arif, saham di sektor teknologi digital termasuk e-commerce melemah karena emitennya tidak bisa mengurangi kerugian.
"Investor saat ini tidak berfokus pada pertumbuhan market share sebuah perusahaan. Investor mengutamakan perusahaan yang mampu bertahan, tidak membukukan rugi, dan mampu mengoptimalkan pendanaan," kata Maynard, dilansir Katadata, Rabu (28/12/2022).
"Oleh sebab itu, menurut kami saham digital masih akan tertekan di 2023, kalau perusahaan teknologi di Indonesia masih memperlihatkan rugi yang cukup signifikan," lanjutnya.
Selama periode Januari-September 2022 GOTO memang masih mencetak kerugian, bahkan rugi bersihnya bengkak 70,65% (yoy) hingga mencapai Rp20,91 triliun.
Dalam periode sama BUKA membukukan laba Rp3,6 miliar, namun laba itu sepenuhnya masih ditopang 'laba nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi', bukan laba usaha.
(Baca: Meski Rugi, GoTo, Grab, dan Sea Ltd Masih Optimistis pada Kuartal III 2022)