Pasar properti di dalam negeri menguat pada kuartal IV 2023, setelah sempat lesu selama tiga kuartal sebelumnya.
Hal ini tercatat dalam laporan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) dari Bank Indonesia (BI) edisi Februari 2024.
(Baca: Bunga KPR Awal 2024 Lebih Rendah dari 5 Tahun Lalu)
BI rutin melakukan survei setiap kuartal terhadap sampel pengembang/developer properti yang tersebar di 18 kota besar.
Lokasi surveinya meliputi Jabodebek-Banten, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Padang, Palembang, Bandar Lampung, Yogyakarta, Banjarmasin, Denpasar, Manado, Makassar, Pontianak, Batam, Balikpapan, Samarinda, dan Pekanbaru.
Salah satu hal yang disurvei adalah jumlah unit properti residensial atau rumah baru yang terjual dari masing-masing developer.
Hasilnya, total volume penjualan rumah baru pada kuartal IV 2023 tumbuh 3,37% dibanding kuartal IV tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Ini menjadi capaian positif pertama pada 2023, setelah pertumbuhannya selalu negatif atau terkontraksi tiga kuartal berturut-turut, seperti terlihat pada grafik di atas.
"Peningkatan penjualan properti pada triwulan IV 2023 terjadi pada seluruh tipe rumah, terutama tipe menengah dan tipe besar," kata BI dalam laporannya.
"Sementara untuk rumah tipe kecil tercatat lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, meski masih berada dalam zona kontraksi," lanjutnya.
Menurut hasil survei BI, faktor utama yang menghambat penjualan properti pada kuartal IV 2023 adalah masalah perizinan/birokrasi, hal ini dinyatakan oleh 33,62% responden.
Responden juga menilai penjualan rumah masih terhambat karena suku bunga KPR (28,07%), proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (22,83%), dan perpajakan (15,47%).
(Baca: Suku Bunga BI Naik, Apa Bunga KPR Pasti Ikut Naik?)