Perang Israel-Palestina yang meletus sejak 7 Oktober 2023 telah menimbulkan ribuan korban jiwa, puluhan ribu korban luka, dan sekitar 1,4 juta orang pengungsi.
Di tengah krisis kemanusiaan ini, daftar negara yang berkomitmen memberi bantuan untuk warga Palestina terus bertambah. Pengumuman bantuan terbaru datang dari pemerintah Kanada.
(Baca: 16 Hari Perang Israel-Palestina, Korban Jiwa 6.100 Orang)
Pada Sabtu (21/10/2023), pemerintah Kanada menyatakan akan memberi bantuan dengan nilai total 60 juta dolar Kanada atau sekitar Rp697 miliar (asumsi kurs Rp11.629 per dolar Kanada).
"Sangat penting bagi warga sipil Palestina di Gaza yang butuh bantuan untuk menerimanya sesegera mungkin. Kanada akan terus bekerja sama dengan mitra lembaga kemanusiaan yang terpercaya dan berpengalaman untuk memastikan pendanaan ini menjangkau mereka yang menderita," kata Melanie Joly, Menteri Luar Negeri Kanada, dalam siaran persnya, Sabtu (21/10/2023).
Sebelumnya, selama periode 8-18 Oktober 2023 ada sejumlah negara lain yang mengumumkan bantuan serupa, yaitu Uni Emirat Arab, Yordania, Kuwait, Arab Saudi, Skotlandia, Uni Eropa, Inggris, Islandia, Jepang, Irlandia, dan Amerika Serikat.
Jika diakumulasikan, sejak awal perang sampai Sabtu (21/10/2023) setidaknya sudah ada 12 negara yang mengumumkan bantuan untuk Palestina, dengan nilai total bantuan sekitar Rp4,5 triliun.
Ada juga sejumlah negara yang diberitakan mengirim bantuan, seperti Tiongkok, India, Pakistan, dan Spanyol, namun nominalnya belum diumumkan secara rinci.
Adapun menurut laporan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), pihak Israel telah membuka jalur perlintasan Rafah (perbatasan wilayah Gaza dan Mesir) sejak Sabtu (21/10/2023), sehingga pasokan bantuan yang sebelumnya tidak bisa masuk kini sudah mulai bisa disalurkan ke Gaza.
Namun, pasokan bantuan yang diizinkan masuk lewat jalur tersebut sangat dibatasi.
"Pada Minggu, 22 Oktober 2023, perlintasan Rafah dibuka untuk kedua kalinya, memungkinkan masuknya 14 truk yang membawa makanan, air dan pasokan medis. Jumlah ini setara dengan sekitar 3% dari rata-rata volume komoditas harian yang masuk ke Gaza sebelum terjadinya perang," kata OCHA dalam laporannya, Minggu (22/10/2023).
"Kepadatan (di pos pengungsian) dan kekurangan pasokan bahan pokok telah memicu ketegangan di kalangan pengungsi, serta laporan kekerasan berbasis gender," lanjutnya.
(Baca: Warga Palestina Butuh Bantuan Rp4,6 Triliun, Mayoritas untuk Makan)