Laporan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) meneliti karakteristik orang yang ingin memulai bisnis di banyak negara.
Untuk Indonesia, ada beberapa hal yang didapatkan. Responden paling banyak menyetujui bahwa lingkungan tempat tinggalnya mendukung untuk berbisnis. Opsi ini dipilih 87,2% responden.
Responden juga menilai telah memiliki kemampuan dan pengetahuan, sebesar 75,5%. Kemudian, banyak yang merasa bahwa mudah untuk memulai bisnis, yang dipilih 72,2% responden.
Beberapa responden juga mengaku telah kenal dengan orang yang telah mulai berbisnis. Ini bisa dikategorikan sebagai jejaring dalam bisnis, yang dipilih 71,4% responden.
Namun, ada 36,8% orang yang mengaku takut gagal dalam berbisnis. Responden, yang belum terlibat dalam urusan bisnis atau kewirausahaan juga, belum sepenuhnya memiliki niat berwirausaha, dipilih oleh 33,3% responden.
Indonesia terakhir berpartisipasi dalam GEM pada 2020. Pada tahun tersebut, Indonesia memiliki kualitas lingkungan wirausaha yang menduduki peringkat pertama di antara 45 negara yang kemudian berpartisipasi dalam Survei Pakar Nasional GEM (National Expert Survey/NES), dengan skor Indeks Konteks Kewirausahaan Nasional (NECI) sebesar 6,4, dan dengan peringkat kondisi kerangka kewirausahaan cukup (≥5.0), sebagian besar dengan margin yang lebar.
Pada 2022, posisi Indonesia telah berubah secara signifikan. GEM menyebut, sembilan kondisi kerangka indikator skor negara ini turun cukup jauh.
"Mudah untuk mengaitkan perubahan ini dengan pandemi, tetapi dalam pertanyaan survei, pakar nasional Indonesia menilai pemulihan dari dampak ekonomi Covid-19 juga cukup, dengan skor 6,4 poin atau urutan ke-11 dari 51 negara," tulis tim riset.
Sampel berasal dari Survei Populasi Orang Dewasa (Adult Population Survey/APS), terhadap 2.000 orang dewasa (berusia 18-64) di setiap negara yang berpartisipasi secara acak. Sampel nasional disusun untuk mencerminkan keseluruhan populasi dalam usia, jenis kelamin, dan lokasi.
APS memberikan informasi rinci tentang karakteristik individu berwirausaha, aktivitas, sikap, motivasi, dan ambisi mereka.
Hal ini juga memungkinkan eksplorasi keterlibatan pengusaha dalam memulai atau menjalankan bisnis baru dalam berbagai tahap perkembangan, apakah baru lahir, mapan, pertumbuhan tinggi, dan lainnya.
Wawancara dilakukan secara tatap muka atau telepon, beberapa kali juga melalui survei online.
(Baca juga: Peringkat Indeks Kewirausahaan Nasional Lintas Negara, Indonesia Masuk 10 Besar)