Menteri BUMN Erick Thohir berencana menggabungkan Pertamina, PLN, dan Star Energy untuk mendorong percepatan transisi energi serta mengembangkan pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia.
"Kami punya tiga perusahaan panas bumi di Pertamina, PLN, dan satu lagi Star Energy di bawah Kemenkeu. Saya inginnya memergerkan ini sebagai satu kesatuan. Kami ingin seperti Pertamina Geothermal Energy supaya kami punya akses pendanaan lewat go public," kata Erick di acara Special Event Road to G20 di IPB International Convention Center Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/10/2022).
(Baca: Indonesia Butuh Investasi Rp4,7 Kuadriliun untuk Transisi Energi)
Menurut laporan PLN, pada 2021 Indonesia sudah memiliki 421 unit pembangkit listrik energi terbarukan, dengan rincian:
- Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA): 162 unit
- Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM): 12 unit
- Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH): 72 unit
- Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP): 18 unit
- Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS): 150 unit
- Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB): 5 unit
- Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm): 2 unit
Tapi, biarpun unit pembangkitnya sudah mencapai ratusan, secara kumulatif kapasitas terpasang pembangkit energi terbarukan Indonesia baru 4.189 megawatt (MW) pada tahun 2021.
Jumlah itu porsinya hanya 6,5% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional yang mencapai 64.553 MW pada periode sama.
Pembangkit energi terbarukan ini tersebar di Unit Induk Wilayah (UIW), Unit Induk Pembangkitan (UIK), Unit Induk Pembangkitan dan Penyaluran (UIKL), serta Unit Induk Daerah (UID) PLN di berbagai provinsi.
Menurut laporan PLN, pada tahun 2021 pembangkit energi terbarukan paling banyak berada di UIW Papua dan Papua Barat, yakni 77 unit. Terdiri dari PLTA 17 unit dan PLTS 60 unit.
Kendati demikian, semua pembangkit energi terbarukan di Papua dan Papua Barat hanya memiliki kapasitas terpasang 35,5 MW. Angka ini tergolong kecil dan porsinya hanya 4,5% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Papua dan Papua Barat yang mencapai 793 MW.
Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia masih sangat minim. Menurut International Renewable Energy Agency (IRENA), hambatan besar di sektor ini adalah kurangnya investasi.
"Hambatan signifikan dalam mendorong transisi energi Indonesia adalah pendanaan dan investasi. Sumber pembiayaan perlu diperluas dan kapasitas pembiayaan lokal perlu ditingkatkan," kata IRENA dalam laporan Indonesia Energy Transition Outlook yang dirilis Oktober 2022.
(Baca: Potensi Energi Terbarukan Indonesia Baru Tergarap 0,3% sampai 2021)