Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya energi terbarukan. Namun, potensi yang sudah tergarap masih sangat minim.
Hal ini diungkapkan International Renewable Energy Agency (IRENA) dalam laporan Indonesia Energy Transition Outlook yang dirilis Oktober 2022.
IRENA memperkirakan total potensi energi terbarukan Indonesia mencapai 3.692 gigawatt (GW). Namun, sampai 2021 kapasitas terpasangnya baru 10,5 GW atau sekitar 0,3% dari total potensi yang ada.
Berikut rincian potensi dan kapasitas terpasang energi terbarukan Indonesia pada 2021 menurut IRENA:
- Energi Surya: potensi 2.898 GW, terpasang 0,2 GW
- Energi Angin Lepas Pantai (offshore wind): potensi 589 GW, terpasang 0 GW
- Energi Air: potensi 94,6 GW, terpasang 6,1 GW
- Energi Biomassa: potensi 43,3 GW, terpasang 1,9 GW
- Energi Panas Bumi: potensi 29,5 GW, terpasang 2,1 GW
- Energi Angin Daratan (onshore wind): potensi 19,6 GW, terpasang 0,2 GW
- Energi Arus/Panas Laut: potensi 17,9 GW, terpasang 0 GW
IRENA mendorong Indonesia untuk mengembangkan pemanfaatan energi terbarukan demi mendukung tujuan Perjanjian Paris, salah satunya menjaga peningkatan suhu bumi agar tidak melampaui 1,5 derajat Celcius.
Namun, untuk mencapai target itu Indonesia memerlukan perencanaan dan regulasi transisi energi yang kuat, peningkatan kemampuan infrastruktur dan teknologi, serta investasi dalam jumlah besar.
"Untuk mewujudkan skenario 1,5 derajat Celcius, Indonesia membutuhkan total investasi hingga US$2,4 triliun sampai 2050," tulis IRENA dalam laporannya.
Menurut IRENA, sebagian besar investasi itu diperlukan untuk transformasi sektor ketenagalistrikan, mulai dari meningkatkan kapasitas terpasang energi terbarukan, membangun jaringan transmisi dan penyimpanan energi, serta infrastruktur pendukung lainnya.
"Hambatan signifikan dalam mendorong transisi energi Indonesia adalah pendanaan dan investasi. Sumber pembiayaan perlu diperluas dan kapasitas pembiayaan lokal perlu ditingkatkan," pungkas IRENA.
(Baca: Indonesia Jadi Lahan Investasi Kendaraan Listrik Terbesar di ASEAN)