Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya kenaikan produksi energi primer dalam negeri pada 2021. Persentase kenaikannya mencapai 5,3% dibanding 2020 lalu.
Adapun total produksi energi primer pada 2021 sebanyak 20,37 juta terajoule. BPS menyebut angka ini masih bersifat sementara.
Produksi energi primer didasarkan pada jumlah energi yang diekstraksi. Lingkupnya berupa penangkapan atau ekstrasi bahan bakar, juga mengalirkan dari energi alam, biosfer, dan cadangan alami.
BPS menggolongkan beberapa sumber energi primer, di antaranya batubara, minyak mentah dan natural gas liquid (NGL), gas alam, energi biomassa, dan sumber energi lainnya.
Produksi energi primer sebenarnya mengalami fluktuasi. Pada 2017, total produksinya sebesar 17,75 juta terajoule. Pada 2018 mengalami kenaikan cukup besar, yakni 20,42 juta terajoule.
Kenaikan cukup lambat terjadi pada 2019, dengan jumlah 20,89 juta terajoule. Pada 2020 justru produksi menurun menjadi 19,35 juta terajoule. Kenaikan terjadi lagi pada 2021 dengan capaian 20,36 juta terajoule.
BPS menyebut, pandemi Covid-19 yang masih terjadi pada tahun 2021 turut memberi andil dalam mobilitas manusia dan memberi pengaruh pada kebutuhan energi di Indonesia.
"Secara umum terjadi penurunan kebutuhan energi di saat pandemi Covid terjadi," tulis BPS dalam laporan yang diterbitkan pada Selasa (7/2/2023).
Sumber data yang digunakan diolah BPS dari berbagai publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pertamina Gas Negara (PGN), Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), dan Kereta Api Indonesia (KAI).
(Baca juga: Tiongkok Punya Pekerja Energi Fosil Terbanyak di Dunia)