ReforMiner Institute, lembaga riset independen untuk bidang ekonomi energi dan pertambangan, mencatat bahwa sampai 2020 bauran energi global masih didominasi oleh minyak bumi.
Minyak bumi memiliki porsi 31% dalam bauran energi global, diikuti batu bara 27%, dan gas bumi 25%. Sedangkan energi baru-terbarukan (EBT) porsinya baru 17% di skala global.
"Krisis pasokan gas yang sedang melanda Inggris dan Jerman serta dibarengi dengan kenaikan harga migas yang signifikan saat ini, kembali menegaskan bahwa migas memiliki peran penting terhadap perekonomian dan bauran energi global," tulis ReforMiner dalam laporan Peran Migas dalam Bauran dan Transisi Energi yang dirilis Maret 2022.
(Baca: Pemerintah Targetkan Bauran EBT Capai 15,7% pada 2022)
Dalam laporan tersebut, ReforMiner mencatat bahwa konsumsi minyak dan gas (migas) diproyeksikan akan naik, namun porsinya dalam bauran energi global ditargetkan menurun dibanding tahun 2020.
"Dalam skenario transisi energi, sampai dengan tahun 2030 rata-rata konsumsi migas global diproyeksikan meningkat sekitar 1,50% per tahun. Pada tahun 2030 porsi minyak bumi dalam bauran energi primer global diproyeksikan sekitar 28%. Sementara porsi gas bumi dalam bauran energi primer global diproyeksikan sekitar 23%," tulis ReforMiner.
ReforMiner pun menekankan bahwa transisi energi dari energi fosil ke EBT harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan hati-hati.
"Dampak dari memobilisasi investor, perbankan, dan pasar modal untuk segera meninggalkan energi fosil untuk beralih ke energi hijau dalam kondisi transisi energi yang belum siap, justru menyebabkan kelangkaan dan peningkatan harga energi dunia," tulis ReforMiner.
"Kesiapan dan akselerasi pengembangan energi baru-terbarukan (EBT), yakni dalam merealisasikan harga yang lebih kompetitif dengan energi fosil akan menjadi penentu kesuksesan pelaksanaan transisi energi," lanjutnya.
(Baca: 2050, Bauran Energi Terbarukan Ditargetkan Mencapai 31%)