Berdasarkan data Bank Dunia, rata-rata harga batu bara Newcastle Australia kualitas 6.000 kilokalori per kilogram (kkal/kg) mencapai US$135,10 per ton pada Juni 2024.
Harga tersebut melemah 4,9% dibanding Mei 2024 (month-on-month/mom), serta lebih rendah 3,1% dibanding Juni tahun lalu (year-on-year/yoy).
Menurut Paolo Agnolucci, ekonom dari Bank Dunia, pelemahan harga batu bara dipengaruhi aktivitas ekonomi global yang melambat dan harga gas yang lebih murah.
Dua hal tersebut dinilai berdampak negatif pada permintaan batu bara di sektor pembangkitan listrik.
"Penurunan permintaan yang signifikan ini juga diiringi kuatnya pasokan dan naiknya penetrasi listrik energi terbarukan secara bertahap," kata Paolo dalam artikel kajiannya Coal market developments: Falling prices amid record-high output (21/6/2024).
Bank Dunia memproyeksikan rata-rata harga batu bara sepanjang 2024 akan turun 28% (yoy), dan melemah lagi 12% (yoy) pada 2025.
Kendati begitu, ada beberapa faktor yang bisa mendongkrak harga batu bara, seperti jika pertumbuhan ekonomi China lebih tinggi dari perkiraan, atau jika terjadi hal-hal yang membuat produksi listrik energi terbarukan turun secara global, seperti curah hujan yang rendah atau arus angin yang lemah.
(Baca: Meski Ada Transisi Energi, Kebutuhan Batu Bara RI Meningkat sampai 2030)