Batu bara akan tetap mendominasi bauran energi listrik Indonesia sampai 2034, meski dalam skenario percepatan transisi energi.
Proyeksi ini tercatat dalam dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru, yang dipublikasikan Kementerian ESDM pada Juni 2025.
(Baca: Bauran Energi Pembangkitan Listrik Indonesia 2015-2024)
Merujuk dokumen tersebut, pemerintah Indonesia saat ini memiliki skenario percepatan transisi energi yang dinamai Accelerated Renewable Energy Development (ARED).
ARED berisi target pengurangan energi fosil serta penambahan energi baru dan terbarukan (EBT) yang lebih progresif dibanding skenario normal. Namun, batu bara tetap memiliki porsi terbesar.
Berdasarkan skenario ARED, pada 2034, EBT akan berkontribusi 34,3% dalam bauran energi pembangkitan listrik Indonesia.
Kemudian batu bara, meski sudah dikurangi dibanding tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan masih memiliki porsi 46,8% pada 2034.
Menurut Pri Agung Rakhmanto, Founder & Advisor Reforminer Institute, hal ini menunjukkan peran vital batu bara di sektor ketenagalistrikan Indonesia.
"Skenario RUPTL masih menunjukkan peningkatan kapasitas pembangkit berbasis energi fosil, termasuk pembangunan PLTU yang tetap dilanjutkan sesuai perencanaan proyek, baik yang sudah ongoing maupun committed," kata Pri dalam artikel opininya di Katadata.co.id (10/6/2025).
"Hal ini tidak terlepas dari kondisi riil kelistrikan nasional saat ini, di mana selama periode 2020-2024, peran energi fosil, khususnya batu bara masih penting," katanya.
(Baca: 20 Perusahaan Pemilik PLTU Batu Bara Terbesar di Indonesia 2024)
Berikut rincian proyeksi bauran energi pembangkitan listrik Indonesia periode 2025-2034, berdasarkan skenario ARED dalam RUPTL terbaru:
Tahun 2025
- Batu bara: 64,2%
- Gas: 15,7%
- BBM: 3,9%
- EBT: 15,9%
- Impor: 0,4%
Tahun 2026
- Batu bara: 63,2%
- Gas: 17,4%
- BBM: 2,7%
- EBT: 16,4%
- Impor: 0,3%
Tahun 2027
- Batu bara: 62%
- Gas: 19,2%
- BBM: 1,1%
- EBT: 17,3%
- Impor: 0,3%
Tahun 2028
- Batu bara: 60,7%
- Gas: 19,4%
- BBM: 0,5%
- EBT: 19,1%
- Impor: 0,3%
Tahun 2029
- Batu bara: 58,9%
- Gas: 20,8%
- BBM: 0,4%
- EBT: 19,7%
- Impor: 0,3%
Tahun 2030
- Batu bara: 56,8%
- Gas: 21,6%
- BBM: 0,3%
- EBT: 21%
- Impor: 0,3%
Tahun 2031
- Batu bara: 53,4%
- Gas: 20%
- BBM: 0,3%
- EBT: 26,1%
- Impor: 0,2%
Tahun 2032
- Batu bara: 51,4%
- Gas: 19,1%
- BBM: 0,3%
- EBT: 29%
- Impor: 0,2%
Tahun 2033
- Batu bara: 49,5%
- Gas: 17,6%
- BBM: 0,2%
- EBT: 32,5%
- Impor: 0,2%
Tahun 2034
- Batu bara: 46,8%
- Gas: 18,4%
- BBM: 0,2%
- EBT: 34,3%
- Impor: 0,2%
(Baca: Potensi Energi Terbarukan RI Besar, Baru Dimanfaatkan 0,3%)