Berdasarkan data Sensus Ekonomi 2016, secara keseluruhan perempuan Indonesia masih memimpin persentase kepemilikan usaha ekonomi kreatif. Pengusaha perempuan memiliki angka keterwakilan sebesar 54,96%, sementara laki-laki 45,04%.
Dari 16 subsektor ekonomi kreatif, mayoritas perempuan Indonesia membangun usaha pada subsektor ekonomi kreatif fesyen dan kuliner. Dalam subsektor kuliner perempuan memimpin dengan persentase 58,68% sementara pada subsektor fesyen 54,25%. Meski 14 subsektor lainnya didominasi oleh pengusaha laki-laki, namun kontribusi subsektor kuliner dan fesyen termasuk dalam tiga tertinggi secara keseluruhan, baik dari segi jumlah usaha, kontribusi ekonomi terhadap PDB, maupun kontribusi ekspor.
Sementara itu, beberapa subsektor ekonomi kreatif lebih banyak didominasi oleh pengusaha laki-laki. Misalnya arsitektur sebanyak 92,39% , desain komunikasi visual dengan 92,05%, serta subsektor film, animasi, dan video dengan persentase pengusaha laki-laki sebesar 90,78%.
Menariknya, menurut laporan ‘Data Statistik dan Hasil Survei Ekonomi Kreatif’ hasil kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik, ketiga subsektor dengan dominasi tinggi pengusaha laki-laki tersebut dinyatakan memiliki potensi ekonomi yang besar karena pada tahun 2015 pertumbuhannya sangat pesat. Misalnya subsector DKV (tumbuh 10,28% dari tahun 2015 ke 2016), animasi dan video (tumbuh 6,68%), dan arsitektur (tumbuh 6,68%). Hal tersebut patut mendapat perhatian lebih dari para perempuan Indonesia sebagai peluang baru untuk memberdayakan diri secara ekonomi.
This article was produced in partnership with Investing in Women an initiative of the Australian Government that promotes women’s economic empowerment in South East Asia.