Meski wilayahnya sarat konflik, Israel merupakan negara maju yang punya perekonomian kuat.
Hal ini dipaparkan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (Deplu AS) dalam laporan 2023 Investment Climate Statements: Israel.
(Baca: 5 Hari Perang Israel-Palestina Hasilkan 2.300 Korban Jiwa)
Menurut Deplu AS, Israel memiliki sumber daya manusia serta kebijakan yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Israel memiliki semangat kewirausahaan serta tenaga kerja yang kreatif, berpendidikan tinggi, terampil, dan beragam. Dikenal sebagai Negara Start-Up, Israel banyak berinvestasi dalam pendidikan dan penelitian ilmiah," kata Deplu AS dalam laporannya.
"Pemerintah Israel mendanai inkubator untuk perusahaan rintisan teknologi, memberi dukungan luas untuk pengembangan ide dan teknologi baru, sambil berupaya mengembangkan industri tradisional," lanjutnya.
Dengan kondisi tersebut, Israel mampu menarik aliran modal dalam jumlah besar.
Berdasarkan data International Monetary Fund (IMF), pada 2021 Israel menerima foreign direct investment (FDI) atau investasi asing langsung dengan nilai total US$226 miliar, peringkat 32 besar di skala global.
Negara asal investor terbesarnya adalah AS, dengan nominal investasi langsung US$51 miliar pada 2021.
Negara lain yang tergolong sebagai investor utama di Israel adalah Kepulauan Cayman, Belanda, Luxembourg, Kanada, Singapura, Tiongkok, Inggris, Swiss, Jerman, dan Jepang, seperti terlihat pada grafik.
Secara kumulatif, 11 negara yang disebut di atas menyumbang sekitar 52% dari total investasi asing yang diterima Israel pada 2021.
Kemudian 48% sisanya berasal dari negara-negara lain serta sumber yang dirahasiakan.
Selain investasi langsung, ada banyak juga perusahaan Israel yang menerima aliran modal dari bursa saham NASDAQ di AS.
"Israel memiliki 135 perusahaan yang terdaftar di NASDAQ, paling banyak keempat setelah perusahaan AS, Kanada, dan Tiongkok," kata Deplu AS.
(Baca: Daftar Negara Investor Terbesar di Palestina, Ada Arab Saudi)