Menurut data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), pada Januari 2025 ada 9 negara yang memiliki senjata nuklir, dengan jumlah total hulu ledak nulir aktif 9.614 unit.
Hulu ledak nuklir aktif ini mencakup hulu ledak yang sudah dipasang di rudal atau ditempatkan di pangkalan militer (deployed warheads), serta hulu ledak di pusat penyimpanan yang siap digunakan sewaktu-waktu (stored warheads), tidak termasuk unit yang sudah dipensiunkan.
Pada Januari 2025, Rusia tercatat sebagai negara pemilik senjata nuklir aktif terbanyak.
Negara yang dipimpin Vladimir Putin itu menguasai sekitar 45% dari total hulu ledak nuklir aktif global.
Amerika Serikat berada di peringkat kedua dengan porsi penguasaan 38%.
Kemudian Israel, yang saat ini sedang berperang dengan Iran, juga memiliki hulu ledak nuklir aktif dengan porsi penguasaan 0,9% dari total stok global.
(Baca: Perang Israel-Iran Picu Kenaikan Harga Minyak Dunia)
Berikut rincian daftar negara pemilik senjata nuklir aktif pada Januari 2025, menurut data yang dihimpun SIPRI:
- Rusia: 4.309 unit (hulu ledak nuklir aktif)
- Amerika Serikat: 3.700 unit
- China: 600 unit
- Prancis: 290 unit
- Britania Raya: 225 unit
- India: 180 unit
- Pakistan: 170 unit
- Israel: 90 unit
- Korea Utara: 50 unit
Menurut SIPRI, hampir semua negara pemilik senjata nuklir ini menjalankan program modernisasi nuklir secara intensif, dengan meningkatkan senjata yang sudah ada dan menambahkan versi baru.
"Ada tanda-tanda bahwa perlombaan senjata nuklir baru sedang berlangsung, yang membawa lebih banyak risiko dan ketidakpastian," kata Direktur SIPRI, Dan Smith, dalam siaran pers (16/6/2025).
"Perkembangan teknologi telah mendefinisikan ulang kemampuan nuklir secara radikal, dan dengan demikian menciptakan sumber potensi ketidakstabilan," ujarnya.
(Baca: Ketidakpastian Meningkat, Bank Dunia Dongkrak Proyeksi Harga Emas 2025)