Banyak orang menilai konflik bersenjata antar-negara merupakan risiko utama yang dihadapi masyarakat global tahun ini.
Hal ini tercatat dalam The Global Risks Report 2025 yang dirilis World Economic Forum (WEF).
(Baca: Banyak Konflik, Penjualan Senjata Global Meningkat pada 2023)
WEF mendefinisikan "risiko global" sebagai peristiwa yang bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi, populasi, dan sumber daya alam di skala global.
Mereka kemudian menggelar survei persepsi risiko dengan melibatkan sekitar 1.000 orang pakar dari kalangan akademisi, pelaku bisnis, pemerintah, organisasi internasional, dan komunitas masyarakat sipil di seluruh dunia.
Hasilnya, mayoritas atau 23% responden menilai peristiwa yang paling berisiko memicu krisis global pada 2025 adalah konflik bersenjata antar-negara.
"Di tengah meningkatnya jumlah konflik bersenjata selama dekade terakhir, pertimbangan keamanan nasional mulai mendominasi agenda pemerintah," kata WEF dalam laporannya.
(Baca: Anggaran Militer Global Meningkat, Tembus Rekor pada 2023)
Risiko lain yang dinilai membayangi masyarakat global pada 2025 adalah cuaca ekstrem, konfrontasi geoekonomi atau perang dagang, penyebaran misinformasi dan disinformasi, serta polarisasi atau perpecahan sosial. Rinciannya dapat dilihat pada grafik di atas.
"Dalam setahun terakhir kita telah menyaksikan perluasan dan eskalasi konflik, banyaknya peristiwa cuaca ekstrem yang diperparah oleh perubahan iklim, polarisasi sosial dan politik yang meluas, serta kemajuan teknologi yang mempercepat penyebaran informasi palsu atau menyesatkan," kata WEF dalam laporannya.
"Kita tampaknya hidup di salah satu masa yang paling terpecah-belah sejak Perang Dingin, dan ini tercermin dalam hasil survei kami," kata mereka.
(Baca: 2024 Jadi Tahun Terpanas, Suhu Global Naik 1,6 Derajat Celsius)