Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Februari 2023 sebesar 5,47% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini naik dari Januari 2023 yang sebesar 5,28%.
Dari 90 kota, inflasi tertinggi terjadi di Kotabaru, Kalimantan Selatan sebesar 7,88%. Sementara inflasi terendah dirasakan oleh Waingapu, Sumba Timur sebesar 3,57.
Terdapat beberapa kelompok pengeluaran untuk inflasi Februari 2023 ini. Makanan, minuman, dan rokok menyumbang 1,87% terhadap inflasi nasional. Transportasi turut andil 1,63%.
Perumahan, air dan listri serta bahan bakar rumah tangga menyumbang 0,68%. Penyedia makanan dan minuman atau restoran, menyumbang 0,36%. Sementara perawatan pribadi dan jasa lainnya turut andil 0,35%.
Perlengkapan dan pemeliharaan rumah tangga memberi andil 0,24%. Pendidikan beri andil sebesar 0,16%.
Grup dengan andil inflasi tipis ada pakaian dan alas kaki sebesar 0,06%, rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,05%, dan kesehatan 0,08%.
Sementara kelompok deflasi adalah informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang beri andil -0,01%.
Dari kelompok itu, BPS merunutkan secara spesifik komoditas penyebab inflasi Februari 2023.
Urutan pertama adalah bensin, yang beri andil 1,07%. Kedua, beras sebesar 0,32%. Ketiga, bahan bakar rumah tangga yang mencapai 0,22%.
Sementara keempat, rokok kretek filter 0,2%. Kelima, tarif angkutan udara juga menyumbang 0,17% inflasi. Terakhir, telur ayam ras sebesar 0,15%.
(Baca juga: Harga Pangan dan Energi Naik, Bank Dunia Proyeksi Inflasi Indonesia Semakin Meroket)