Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami inflasi tahunan 3,52% (year-on-year/yoy) pada Juni 2023. Lajunya terus melambat sejak Maret 2023, sekaligus menjadi inflasi terendah sejak awal tahun ini.
Adapun inflasi dalam negeri kini sudah masuk ke target BI, yang menyasar laju inflasi bisa mencapai kisaran 3% sampai 4% pada 2023.
BPS mencatat, komoditas yang memiliki andil besar terhadap inflasi tahunan pada Juni 2023 adalah beras, bawang putih, telur ayam ras, daging ayam ras, ikan segar, rokok putih, rokok kretek, dan rokok kretek filter.
Laju inflasi Juni 2023 juga masih dipengaruhi kenaikan harga kontrak rumah, sewa rumah, bahan bakar rumah tangga, tarif listrik, upah asisten rumah tangga, harga mobil, bensin, solar, tarif angkutan antar kota, tarif angkutan dalam kota, uang kuliah, dan emas perhiasan.
Sementara, komoditas yang menyumbang deflasi atau penurunan harga tahunan pada Juni 2023 adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, tomat, cabai hijau, bayam, kol putih/kubis, minyak goreng, dan telepon seluler.
(Baca: Situasi Global Tak Pasti, BI Tahan Suku Bunga Acuan pada Juni 2023)
Jika dilihat dari kelompok pengeluarannya, pada Juni 2023 inflasi paling besar terjadi di sektor transportasi. Rinciannya adalah sebagai berikut:
- Transportasi: 10,18% (yoy)
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya: 4,27% (yoy)
- Penyediaan makanan dan minuman/restoran: 3,27% (yoy)
- Makanan, minuman dan tembakau: 2,85% (yoy)
- Pendidikan: 2,75% (yoy)
- Kesehatan: 2,58% (yoy)
- Perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga: 2,57% (yoy)
- Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga: 2,49% (yoy)
- Rekreasi, olahraga, dan budaya: 2,17% (yoy)
- Pakaian dan alas kaki: 1,47% (yoy)
Hanya ada satu kelompok pengeluaran yang harganya turun atau mengalami deflasi tahunan pada Juni 2023, yakni sektor informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan deflasi 0,23% (yoy).
(Baca: Stok Cadangan Pangan Pemerintah Juni 2023, Mayoritas Masih di Bawah Target)