Situasi Global Tak Pasti, BI Tahan Suku Bunga Acuan pada Juni 2023

Ekonomi & Makro
1
Adi Ahdiat 22/06/2023 19:30 WIB
Pergerakan Suku Bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2018-Juni 2023)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75% pada Juni 2023.

Seiring dengan itu, suku bunga Deposit Facility masih ditahan di level 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

"Keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75% ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023," kata BI dalam siaran persnya, Kamis (22/6/2023).

"Fokus kebijakan diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global," lanjutnya.

Menurut BI, saat ini ketidakpastian perekonomian global kembali meningkat, dengan kecenderungan risiko pertumbuhan yang melambat dan kebijakan suku bunga moneter di negara maju yang lebih tinggi.

(Baca: Ketidakpastian Global Meningkat pada Akhir 2022)

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan mencapai 2,7% (year-on-year/yoy) dengan risiko perlambatan terutama di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

"Di AS, tekanan inflasi masih tinggi terutama karena keketatan pasar tenaga kerja, di tengah kondisi ekonomi yang cukup baik dan tekanan stabilitas sistem keuangan (SSK) yang mereda, sehingga mendorong kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate (FFR) ke depan," kata BI.

"Kebijakan moneter juga masih ketat di Eropa, sedangkan di Jepang masih longgar. Sementara itu, di Tiongkok pertumbuhan ekonomi juga tidak sekuat prakiraan di tengah inflasi yang rendah, sehingga mendorong pelonggaran kebijakan moneter. Pemulihan ekonomi di negara berkembang lain, seperti India, tetap kuat didorong oleh permintaan domestik dan ekspor jasa."

"Kondisi ekonomi di negara maju dan berkembang tersebut mendorong nilai tukar dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang negara maju, tetapi menguat terhadap mata uang negara berkembang. Perkembangan tersebut memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi risiko rambatan terhadap ketahanan eksternal di negara berkembang, termasuk Indonesia," kata BI.

(Baca: Proyeksi IMF, Mayoritas Mitra Dagang RI Melemah pada 2023)

Editor : Adi Ahdiat
Data Populer
Lihat Semua