Di tengah terganggunya pasokan komoditas pangan akibat invasi Rusia ke Ukraina, harga makanan di Turki telah melonjak sekitar 2 kali lipat dalam setahun terakhir.
Berdasarkan data Trading Economics, inflasi makanan Turki secara tahunan mencapai 99,05% (year-on-year/yoy) pada Oktober 2022. Inflasi tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan anggota G20 lainnya.
Anggota G20 yang mencatat inflasi makanan tinggi berikutnya adalah Argentina, yakni mencapai 86,6% (yoy) per September 2022. Diikuti Jerman dengan inflasi makanan 17,7% (yoy), Uni Eropa 15,4% (yoy), Meksiko 14,54% (yoy), dan Inggris 14,5% (yoy).
Dari seluruh anggota G20, sebanyak 13 di antaranya mengalami inflasi makanan di atas 10% (yoy) pada Oktober 2022. Sedangkan inflasi makanan di 7 negara G20 lainnya kurang dari 10% (yoy).
Jepang dan Arab Saudi adalah anggota G20 dengan inflasi makanan terendah, masing-masing hanya 4,2% (yoy) dan 4,3% (yoy) pada September 2022. Kemudian Indonesia mencatatkan inflasi makanan 6,76% (yoy) dan Tiongkok 7% (yoy) pada Oktober 2022.
Invasi Rusia ke Ukraina telah memicu kenaikan harga komoditas pangan di banyak negara. Pasalnya, Ukraina merupakan salah satu negara eksportir gandum dan komoditas pangan lainnya bagi kawasan Eropa. Saat pasokan dari Ukraina terganggu, harga pangan di kawasan tersebut mengalami lonjakan.
Ditambah lagi dengan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat, membuat biaya impor bahan makanan di banyak negara menjadi semakin mahal.
(Baca: Inflasi Makanan AS Sempat Tembus Level Tertinggi dalam 43 Tahun Terakhir di Agustus 2022)