Harga komoditas pangan dan energi dunia yang bergerak naik telah memicu inflasi tinggi di banyak negara. Kondisi ini juga terjadi di negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN), termasuk Indonesia.
Harga pangan yang naik akibat terganggunya pasokan, ditambah dengan dolar Amerika Serikat (AS) yang cenderung menguat, membuat harga makanan impor menjadi semakin mahal dan sulit dijangkau masyarakat miskin.
Adapun Laos menjadi negara ASEAN yang paling terdampak kenaikan harga pangan dunia. Berdasarkan data Tradingeconomics, negara dengan Ibu Kota Vientiane tersebut mengalami inflasi makanan 35,5% (year-on-year/yoy) pada September 2022, tertinggi dibanding negara-negara tetangganya.
Negara ASEAN dengan inflasi makanan tertinggi berikutnya adalah Myanmar, yaitu sebesar 16,06% (yoy). Setelahnya ada Thailand dengan inflasi makanan sebesar 9,82% (yoy), Indonesia sebesar 7,91% (yoy), Filipina sebesar 7,4% (yoy), dan Malaysia sebesar 7,2% (yoy).
Kemudian Kamboja mengalami inflasi makanan sebesar 6,5% (yoy), Singapura sebesar 6,4% (yoy), Brunei Darussalam sebesar 5,8% (yoy), serta Vietnam sebesar 2,1%(yoy).
(Baca: Inflasi Makanan Indonesia Capai 8,41% (YoY) hingga September 2022)