Berdasarkan data statistik resmi pemerintah Jepang, pada Oktober 2023 Jepang memiliki sekitar 124,34 juta orang penduduk.
Jumlah penduduk Jepang itu sudah berkurang 0,4% dibanding Oktober 2022, atau menyusut 2,3% dibanding sepuluh tahun lalu.
Seiring dengan populasinya yang menyusut, penduduk Jepang saat ini didominasi oleh orang-orang tua.
Pada Oktober 2023, jumlah penduduk Jepang yang masuk kategori lanjut usia (65-100 tahun ke atas) jika digabungkan mencapai 36,2 juta orang, setara 29,1% dari total populasi.
Kemudian pada periode sama, jumlah penduduk Jepang yang masuk kategori usia kerja (15-64 tahun) jika digabungkan mencapai 73,9 juta orang, setara 59,5% dari total populasi.
Namun, jika dirinci, penduduk usia kerja Jepang juga didominasi oleh orang-orang tua, yakni kelompok 50-54 tahun dan 45-49 tahun.
Sedangkan penduduk usia kerja yang masih tergolong muda, yakni di bawah 40 tahun, jumlahnya lebih sedikit seperti terlihat pada grafik.
Adapun penduduk Jepang yang masuk kategori balita (0-4 tahun), anak-anak (5-9 tahun), dan remaja awal (10-14 tahun) sangat sedikit dibanding kelompok usia lainnya.
Kondisi Jepang yang didominasi penduduk tua ini berpotensi membebani perekonomian negara mereka.
Hal tersebut dinyatakan tim World Economic Forum (WEF) dalam laporan bertajuk More than 1 in 10 people in Japan are aged 80 or over.
"Jepang sudah menghadapi kekurangan tenaga kerja. Pada 2022, hampir separuh perusahaan Jepang mengandalkan pekerja yang berusia di atas 70 tahun," kata tim WEF dalam laporannya (28/9/2023).
"Tingkat kelahiran di Jepang juga mencapai rekor terendah pada 2022. Ini merupakan bom waktu bagi sistem jaminan sosial Jepang, yang berjuang memenuhi biaya pensiunan dengan lebih sedikit pekerja yang membayar pajak," lanjutnya.
(Baca: Nilai Tukar Yen Jepang Terus Melemah, Apa Dampaknya?)