Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 294 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 144 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Rabu (6/11/2024) pukul 11.23 WIB. Dari 294 titik panas terdeteksi, 3 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 238 titik skala sedang, dan 53 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Ada 1.300 Bencana Alam di RI sampai September 2024, Ini Rinciannya)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Nusa Tenggara Timur sebanyak 68 titik. Nusa Tenggara Barat menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 35 titik. Jawa Timur berada di posisi ketiga sebanyak 21 titik panas.
Sebanyak 20 titik panas terdeteksi di Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur menyusul dengan 20 titik panas, serta Sulawesi Selatan dan Kalimantan Tengah masing-masing memiliki 18 dan 15 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Ada Ratusan Bencana Alam sampai Awal April 2024, Banjir Terbanyak)