Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ada sekitar 31 juta penduduk Indonesia yang tergolong anak usia dini (0-6 tahun) pada Maret 2025.
Namun, anak usia dini yang sudah memiliki akta kelahiran baru 89,33%, sedangkan 10,67% lainnya belum punya.
"Angka tersebut termasuk cukup tinggi, namun belum sempurna untuk mencapai target pemenuhan hak administrasi anak Indonesia," kata BPS dalam laporan Profil Anak Usia Dini 2025.
Pada Maret 2025, proporsi anak usia dini yang punya akta kelahiran paling banyak berada di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, yakni mencapai 97,38%.
Sedangkan kepemilikan akta kelahiran terendah berada di Papua Pegunungan, yang hanya 29,77%.
"Kesenjangan inilah yang harus ditekan agar sebaran anak usia dini yang memiliki akta kelahiran lebih merata di seluruh provinsi Indonesia," kata BPS.
Berikut rincian persentase anak usia dini yang memiliki akta kelahiran di 38 provinsi Indonesia pada Maret 2025, diurutkan dari yang tertinggi:
- DI Yogyakarta: 97,38%
- DKI Jakarta: 97,31%
- Jawa Tengah: 96,57%
- Aceh: 96,16%
- Kalimantan Utara: 94,73%
- Kalimantan Timur: 94,54%
- Kepulauan Bangka Belitung: 93,65%
- Bali: 93,48%
- Kalimantan Selatan: 92,58%
- Kepulauan Riau: 92,32%
- Jawa Timur: 92,23%
- Lampung: 92,21%
- Gorontalo: 92,21%
- Kalimantan Barat: 91,65%
- Jambi: 91,54%
- Sumatera Selatan: 91,48%
- Sulawesi Selatan: 91,17%
- Bengkulu: 91,03%
- Sumatera Barat: 90,23%
- Sulawesi Utara: 88,79%
- Sulawesi Tenggara: 88,12%
- Sulawesi Barat: 88,11%
- Jawa Barat: 87,45%
- Banten: 87,37%
- Riau: 87,33%
- Kalimantan Tengah: 86,73%
- Sulawesi Tengah: 85,9%
- NTB: 85,76%
- Sumatera Utara: 82,98%
- Maluku Utara: 79,69%
- Maluku: 75,46%
- Papua Barat Daya: 74,64%
- Papua: 73,6%
- Papua Barat: 69,78%
- Papua Selatan: 62,52%
- NTT: 62,03%
- Papua Tengah: 62,01%
- Papua Pegunungan: 29,77%
(Baca: Perkembangan Registrasi Kelahiran Hidup di Indonesia 5 Tahun Terakhir)