135 Titik Panas Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Rabu, 24 Desember 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 135 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 15 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Rabu (24/12/2025) pukul 11.36 WIB. Dari 135 titik panas terdeteksi, 1 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 132 titik skala sedang, dan 2 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Meski Sudah Diguyur Hujan, Kualitas Udara Jakarta Masih Buruk)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Maluku Utara sebanyak 16 titik. Sumatera Barat menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 16 titik. Sulawesi Tenggara berada di posisi ketiga sebanyak 15 titik panas.
Sebanyak 13 titik panas terdeteksi di Jawa Timur, Sumatera Utara menyusul dengan 13 titik panas, serta Bengkulu dan Kepulauan Bangka Belitung masing-masing memiliki 11 dan 9 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Indonesia, Negara dengan Kualitas Udara Terburuk di Asia Tenggara)