Sri Mulyani, Menteri Keuangan, melaporkan realisasi pendapatan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp924,9 triliun per April 2024.
Angka tersebut turun 7,6% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) sebesar Rp1.000,6 triliun pada April 2023.
Pendapatan negara terdiri atas dua pos besar, yakni penerimaaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Penerimaan perpajakan tercatat sebesar Rp719,9 triliun per April 2024, anjlok 8% (yoy) dari sebelumnya yang sebesar Rp782,7 triliun pada April 2023. Sementara pos PNBP tercatat sebesar Rp203,3 triliun per April 2024, turun 6,7% (yoy) dari April 2023 yang sebesar Rp217,9 triliun.
Sri Mulyani juga menerangkan, belanja negara per April 2024 tercatat sebesar Rp849,2 triliun, naik 10,9% (yoy) dari April 2023 yang sebesar Rp765,8 triliun.
Belanja negara terdiri atas belanja pemerintah pusat (BPP) sebesar Rp591,7 triliun dan transfer ke daerah (TKD) sebesar Rp257,5 triliun.
Di samping itu, keseimbangan primer tercatat sebesar Rp237,1 triliun pada April 2024. Nilai itu jatuh 36,7% (yoy) dari April 2023 yang sebesar Rp374,4 triliun.
Meski pendapatan melesu, total postur APBN Indonesia tetap surplus sebesar Rp75,7 triliun. Nilainya memang anjlok hingga 67,8% (yoy) dari April 2023 yang surplus 234,9 triliun. Sri Mulyani menyebut posisi ini masih aman.
"Defisit di APBN, UU, dianggarkan Rp522,8 triliun. Sekarang realisasinya masih surplus Rp75,7 triliun. Ini masih sangat jauh dari target APBN kita," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di kanal YouTube Kementerian Keuangan, Senin (27/5/2024).
(Baca: Realisasi Pajak Utama RI per 15 Maret 2024, PPN Dalam Negeri Merosot)