Menurut Copernicus Climate Change Service (C3S), tahun 2023 merupakan tahun terpanas sepanjang sejarah, dengan rata-rata suhu udara permukaan bumi mencapai 14,98 derajat Celsius (°C).
Angka tersebut meningkat atau mengalami anomali +0,6 °C dibanding rata-rata suhu periode 1991—2020. Ini menjadi anomali kenaikan suhu tertinggi sepanjang pencatatan C3S.
(Baca: Bencana Alam Terkait Perubahan Iklim Meningkat di Skala Global)
C3S mencatat, jika dibandingkan dengan rata-rata suhu era pra-industri tahun 1850—1900, suhu global pada 2023 bahkan sudah naik 1,48 °C.
Tahun 2023 juga menjadi rekor pertama di mana suhu harian global konsisten lebih tinggi >1 °C dibanding rata-rata suhu harian era pra-industri.
"Suhu sepanjang 2023 kemungkinan besar sudah lebih tinggi dari periode sejarah manapun, setidaknya dalam 100.000 tahun terakhir," kata Wakil Direktur Layanan Perubahan Iklim CS3 Samantha Burgess dalam siaran persnya, Selasa (9/1/2024).
Hal serupa disampaikan Carlo Buontempo, Direktur Layanan Perubahan Iklim CS3.
"Hal-hal ekstrem yang kami amati dalam beberapa bulan terakhir memberi kesaksian dramatis tentang betapa jauh iklim kita sudah berubah," kata Carlo.
"Jika kita ingin berhasil mengelola risiko iklim, kita perlu segera melakukan dekarbonisasi ekonomi, dan menggunakan data iklim untuk mempersiapkan masa depan," katanya lagi.
(Baca: Ini Isu Lingkungan yang Paling Meresahkan Anak Muda Indonesia)