Alam Indonesia mengandung beragam sumber daya mineral, di antaranya emas, perak, tembaga, timah, nikel, dan bauksit.
Namun, sumber daya tak terbarukan ini bisa habis jika disedot terus-menerus.
(Baca: Freeport Mau Perpanjang Izin Tambang di Papua, Berapa Sisa Cadangan Mineralnya?)
Menurut perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS), stok emas Indonesia hanya bisa diekstraksi 31 tahun lagi, sama seperti tembaga.
Sementara stok bauksit, nikel, timah, dan perak memiliki "sisa umur" yang lebih panjang, seperti terlihat pada grafik.
BPS menghitung estimasi ini dari rasio stok fisik/cadangan akhir 2022 dengan tingkat ekstraksinya dalam beberapa tahun terakhir.
Adapun permintaan mineral diramal akan terus meningkat di masa depan.
Selain karena kelangkaannya, sumber daya mineral merupakan bahan baku penting bagi industri kendaraan listrik dan teknologi energi terbarukan yang sedang berkembang.
Menurut proyeksi International Energy Agency (IEA), volume permintaan tembaga bisa meningkat 2—3 kali lipat, dan permintaan nikel bisa naik 1,5 kali lipat pada 2030 dibanding saat ini.
IEA pun menilai hal ini akan mengundang semakin banyak aliran investasi di sektor pertambangan dan pengolahan mineral.
"Berdasarkan analisis kami terhadap aliran investasi di 20 perusahaan tambang besar dunia, ada peningkatan kuat dalam belanja modal untuk mineral penting, didorong oleh momentum pengembangan energi bersih," kata IEA dalam Critical Minerals Market Review 2023.
(Baca: Ini Mineral yang Paling Banyak Dibutuhkan Industri Kendaraan Listrik)