Merujuk definisi dari Bank Dunia, rasio belanja militer terhadap produk domestik bruto (PDB) adalah indikator kasar untuk menunjukkan berapa banyak porsi sumber daya suatu negara yang digunakan untuk aktivitas militer.
Berdasarkan data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), pada 2022 rasio belanja militer Indonesia hanya 0,7% dari PDB, tergolong rendah di Asia Tenggara.
SIPRI mencatat, pada 2022 rasio belanja militer Myanmar terhadap PDB-nya mencapai 3%, tertinggi di kawasan ini.
Kemudian rasio belanja militer Singapura, Brunei Darussalam, dan Kamboja di kisaran 2%. Sementara Thailand, Timor Leste, dan Filipina di kisaran 1%.
Negara Asia Tenggara yang rasio belanja militernya kurang dari 1% hanya Malaysia dan Indonesia, sedangkan Laos dan Vietnam tidak tercatat di basis data SIPRI.
Kendati begitu, menurut Bank Dunia, besaran rasio belanja ini tak serta-merta mencerminkan kemampuan militer atau kekuatan pertahanan suatu negara.
Bank Dunia menilai kekuatan pertahanan juga dipengaruhi berbagai faktor lain, seperti berapa luas wilayah perbatasan negara yang harus dijaga, kualitas hubungan dengan negara tetangga, sampai peran militer dalam lembaga politik nasional.
(Baca: Ukraina, Negara yang Paling Banyak Belanja Militer dari PDB 2022)