Mennurut laporan Google, Temasek dan Bain & Company yang bertajuk e-Conomy SEA 2022, nilai ekonomi digital Asia Tenggara diproyeksikan bisa mencapai US$330 miliar pada 2025. Jumlah ini setara Rp5.049,66 triliun (kurs Rp15.302/US$).
Nilai ekonomi digital tersebut mencerminkan proyeksi nilai penjualan kotor barang dan jasa selama periode tertentu alias gross merchandise value (GMV).
(Baca: Tren Pengunjung E-Commerce Semester I 2023, Shopee Kokoh di Puncak)
Google, Temasek dan Bain & Company memproyeksikan ekonomi digital Asia Tenggara pada 2025 akan ditopang sektor e-commerce, dengan estimasi GMV US$211 miliar. Nilai ini mencapai 63,93% dari total nilai ekonomi digital ASEAN.
Kemudian sektor ekonomi digital lainnya, yaitu jasa pemesanan tiket perjalanan (travel online) diprediksi menyumbang nilai GMV US$44 miliar (13,33%), diikuti transportasi dan pesan-antar makanan online dengan GMV US$39 miliar (11,81%), dan media online US$36 miliar (10,9%).
Sejalan dengan proyeksi tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai ekonomi digital di Asia Tenggara akan terus menguat, seiring dengan diluncurkannya ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) yang bakal diberlakukan pada 2025.
Peluncuran ASEAN DEFA merupakan kolaborasi antarnegara Asia Tenggara untuk memanfaatkan potensi besar dunia digital, melalui landasan ekonomi digital yang aman dan saling terhubung.
"Apabila DEFA diberlakukan di tahun 2025, ini akan meningkatkan potensi ekonomi digital ASEAN, yang business as usual itu US$1 triliun, tetapi dengan implementasi DEFA meningkat menjadi US$2 triliun di tahun 2030," kata kata Airlangga dilansir dari Kompas.com, Selasa (5/9/2023).
Menurut Airlangga, DEFA berupaya memberdayakan dunia usaha dan pemangku kepentingan di seluruh ASEAN melalui percepatan pertumbuhan perdagangan, peningkatan interoperabilitas, penciptaan lingkungan digital yang aman, dan peningkatan partisipasi UMKM.
"Negara-negara anggota ASEAN juga berkomitmen untuk menciptakan ekosistem digital yang berkelanjutan dan inklusif," kata dia.
Airlangga melanjutkan, hal-hal yang telah dilaksanakan saat ini menjadi satu upaya untuk mendukung UMKM dan e-commerce. Adapun hingga saat ini, menurut dia, masih terus dilakukan harmonisasi kebijakan termasuk data flow terkait dengan DEFA.
“DEFA itu sendiri outlook-nya jangka panjang dan ini sudah dilakukan deep dive study oleh Sekjen ASEAN dan timnya,” kata dia.
(Baca: Google: Ekonomi Digital RI Terbesar di Asia Tenggara sampai 2030)